Sesekali anda juga perlu memasuki Rumah Hantu. Filosofi rumah hantu, hampir menyamai filosofi menulis. Anda berimpian jadi seorang penulis? Coba dulu uji nyali di rumah hantu. Jujur. Saya nggak promosi sebesar zarrah pun. Ide gila ini pun, menyelinap di benak saya saat jalan-jalan bersama keluarga melepas lelah mencari suasana baru.
Dari jarak 100 meter, saya mendengar “Hihihihihihi…..hihihihih….” suara kuntilanak cerocos adikku. Semakin angker, saat berpadu dengan musik serem dan gonggongan anjing. Mungkin anda sudah pernah masuk rumah hantu? Anda ketakutan? Atau malah ketawa-ketiwi? Apa kuduk anda dibikin merinding? Pernahkan anda tangkap hantunya? Hahaha.
Banyak orang takut dengan hantu. Begitupula halnya dengan menulis. Banyak orang lari, kabur, tak bisa tidur, atau tidak berani ke kamar mandi, tidur di bawah kasur, gara-gara hantu. Sedikit ada gesekan, hantu! Air menetes dari pohon ke atap rumah, hantu! Pelepah pisang tua terlihat putih di malam hari, hantu! Cecak berkejaran, hantu! Sebenarnya, apa sih hantu itu? Hantu itu ada di benak anda. Ilusi saja. Ketakutan yang benar-benar membuat anda takut itu ada di benak anda sendiri. MENULIS juga begitu. Takut tulisannya ditertawakan orang. Takut tidak dipuji orang. Takut tidak disenangi orang. Takut ditolak penerbit. Takut salah ejaannya. Takut, takut, dan 1000 ketakutan lainnya.
Prinsip 1. Orang yang anda takuti, maka dekatilah. Karena bisa jadi, disebabkan kalian belum saling mengenal. Bukankah, Tak Kenal Maka Tak Sayang? Ya iyalah, masa ya iyadong! Masuklah ke dalam rumah hantu tersebut, berkenalanlah dengan hantunya. Menulis pun juga begitu. Takut menulis? Maka solusinya adalah MENULIS. Menulis itu sendiri. Insyaallah, ketakutan itu akan pergi dengan sendirinya.
Prinsip 2. Takutilah hantunya. Masuklah ke dalam rumah hantu tersebut. Tangkap hantunya. Katakan padanya, “nanti malam, mimpimu pasti serem. Ingat, jangan lupa. Hantu beneran itu adalah Izra’il. Malaikat pencabut nyawamu, Han.” Begitupula halnya dengan menulis. Sesekali anda perlu mengatakan, setelah buku ini jadi. Orang-orang akan menertawaiku 10 menit, dan memujiku seumur hidup.”
Prinsip 3. Niatkanlah untuk kebaikan, membantu orang lain, membantu si hantu. Lelahnya otak berpikir, tangan mengetik dapat dikendalikan oleh niat yang baik. Maka berniat baiklah sebaik-baiknya.
(Bang Ali, Penulis Buku “Lelaki Yang Mengendarai Angin”, FLP Jawa Tengah)
0 komentar:
Post a Comment