Wednesday, November 16, 2016

Pena Cinta Sayyid Quthb


Cinta-lah yang menguatkan seorang Imam Sayyid Quthb melewati hari-harinya di balik jeruji besi yang dingin, bau, dan menyakitkan. Bagi sang Imam tiada hari tanpa mengkaji ilmu dan kemudian menuliskannya. Itulah yang beliau lakukan hingga nyawa melayang di atas tiang gantung, kekejaman penguasa Mesir yang lalim seketika itu. Diantara dari 20 lebih buku, alias warisan Imam Said Qutb adalah sebagai berikut:

1. Muhimmat al-Syi’r fi al-Hayâh pada tahun 1933
2. Naqd Mustaqbal al-Tsaqâfah fî Misr pada tahun 1939
3. al-Tashwîr al-Fanni fi al-Qur`an” (1945)
4. Masyâhid al-Qiyâmah fi al-Qur`an (1945)
5. al-Adalah al-Ijtima’iyyah fi al-Islam (1950-an)
6. Ma’rakah al-Islam wa ar-Ra’s al-Maliyyah (1950-an)
7. Fî Zhilâl al-Qur`ân (1954-1966, dalam penjara)
8. Dirâsat Islâmiyyah (1954-1966, dalam penjara)
9. Hâdza al-Dîn (1954-1966, dalam penjara)
10. al-Mustaqbal li Hâdza al-Dîn (1954-1966, dalam penjara)
11. Khashâ`is al-Tashawwur al-Islâmi wa Muqawwimâtihi (1954-1966, dalam penjara)
12. al-Islâm wa Musykilah al-Hadhârah (1954-1966, dalam penjara)

Bila kita mencermati kesibukan beliau, ternyata Imam Said Qutb adalah salah satu sosok yang paling sibuk di dunia ini. Hampir menyamai sibuknya Imam Syafi’i. Beliau Imam Said Qutb, menghabiskan hari-harinya dengan menuntut ilmu, berdakwah, aktif di Ikhwanul Muslimin semenjak ktahun 1940, hingga terpilih menjadi Mursyid ‘Aam ke-2 setelah Sang Imam Syahid Hasan Al Banna wafat setelah ditembak oknum tak dikenal. Malamnya hari beliau disibukkan dengan menulis, merenung, ibadah, dan hanya bebekrapa jam saja untuk tidur.

Figur hebat yang di usia 10 tahun sudah hafidz ini semestinya menjadi suri teladan bagi kita dewasa ini. Bagaimana beliau mengisi waktunya dengan hal-hal bermanfaat, tidak sia-sia, yakni menulis. Beliau memahami betul bahwa menulis adalah bagian dari cara kita berjihat, cara kita mempersembahkan kebaikan, cara kita membangun prasasti kehidupan, cara kita membangun istana amal jahriyah.
Imam Ali bin Abu Thalib, khalifah muslim ke-4, ahli strategi perang, ahli fiqh dan hadist, dan ahli bersastra, Syaikhul ‘ilmi, beliau pernah berkata, “Qoyyidul ‘Ilmi bil Kitabah”. Artinya, ikatlah ilmu itu dengan menuliskannya.

(Ditulis oleh Ali Margosim, penulis, Trainer)

0 komentar:

Post a Comment