Wednesday, November 30, 2016

Perempuan dan Ketahanan Keluarga

Perempuan dan ketahanan keluarga laksana aur dengan tebing. Dengan aur, tebing menjadi kuat. Sebaliknya, tanpa aur tebing mudah runtuh tatkala dilanda banjir bandang. Pada tebing, aur tumbuh sangat subur. Sebaliknya, tanpa tebing, aur kurang subur, dan seringkali meranggas.

Begitupula halnya dengan perempuan dan ketahanan keluarga. Perempuan merupakan pemeran utama sebuah keluarga. Beberapa alasannya sebagai berikut:

Pertama, perempuan memiliki waktu terbanyak di rumah. Kedua, perempuan mayoritas terlibat dalam segala hal yang berhubungan dengan keluarga. Mulai dari urusan kamar, dapur, sumur, hingga masalah belanja (shopping). Ketiga, sosok perempuan yang dikenal sebagai ibu memiliki interaksi mayoritas dengan anak-anaknya. Keempat, istri merupakan pemegang kepercayaan penuh dari suaminya.

Baca Juga: "Training Ketahanan Keluarga"

Selanjutnya, baik dan buruk seorang suami juga turut dipengaruhi oleh karakter istrinya. Mungkin ini pulalah alasan banyak orang berkata, "Dibalik seorang suami yang sukses, ada istri yang hebat". Sebaliknya, dibelakang seorang suami yang korupsi, selingkuh, berzina, dan lainnya, ada seorang istri yang buruk.

Argumen ini menurut saya adalah realita kehidupan. Tak terbantahkan. Dimana-mana bisa kita temukan dengan mudah, bahwa mayoritas istri seorang koruptor bergaya hidup yang glamor, over hedon. Saya kira, tidak semua koruptor itu berwatak maling, sebab tidak sedikit dari mereka yang berpendidikan tinggi. Hanya saja atas tekanan istrinya, tuntutan istrinya yang melambung, akhirnya sebagai suami ia pun lepas kendali. Kendali moral jiwanya lepas.  Dan, berbuat maling.

Istri yang buruk pelayanannya di rumah, akhirnya membuat sang suami jajan di luar. Makan seringnya di luar. Bahkan urusan bawah perut pun terpaksa jajan diluar, atau selingkuh dengan teman sekantor. Berbuat serong dengan staf, karyawan, atau teman sewaktu sekolah. Apakah ia tidak tau bahwa itu sebuah kesalahan, dosa? Semua orang yang normal paham bahwa selingkuh itu dosa. Berzina itu dosa. Namun, ia terpaksa melakukannya sebab ia tidak mendapatkan kepuasan dalam rumahnya sendiri. Ia kelaparan selama di rumah, makanya ia butuh makan di luar sana.

Saya pribadi (Baba Ali), banyak menjumpai suami yang berselingkuh. Berbagai keluhan ia lontarkan, semisal di rumah ia kurang dihargai sebab gajinya pas-pasan. Istrinya sering membanding-bandingkan ia dengan suami tetangga. Tidak hanya itu, ia pun tidak dilayani lagi diranjang oleh istrinya, kecuali sekali sebulan saja. Itu pun sambil ngomel-ngomel.

Karena tidak tahan, ia pun akhirnya selingkuh dengan janda.

Kasus lain misalnya, ada istri yang kurang peduli dengan penampilannya saat bersama suaminya di rumah. Merasa sudah menikah, rambut dibiarkan acak-acakan, baju kumal (padahal baju bagusnya banyak dan mahal-mahal), muka sudah bercak-bercak hitam padahal usia masih berkepala tiga, bau badan yang sudah menahun, dan lainnya. Sementara, tatkala ada keperluan keluar rumah semisal ke pasar, pesta pernikahan, arisan, temu kangen, dan lain sebagainya, ia memakai pakaian terbaiknya. Langsung pergi ke salon untuk perawatan badan. Memakai wewangian seakan-akan membasahi sekujur tubuh, padahal itu farfum harganya selangit. Bedaknya tebal, lisptiknya merona. Keluar rumah ia terlihat begitu mempesona, sementara di samping suami penampilannya merana.

Saya kira, hanya suami yang paling tabah bisa hidup bersama perempuan seperti ini.Inilah alasannya, saya tidak serta merta menyalahkan lelaki, tatkala banyak ibu-ibu yang menyampaikan tentang bejatnya tingkah suaminya yang main mata dengan perempuan lain. Saya senantiasa mengajak kedua belah pihak untuk mengevaluasi diri, lalu berkomitmen memperbaiki diri.

Semakin terang bagi kita bahwa pemegang kunci ketahanan sebuah keluarga adalah perempuan (istri). Oleh karena itu, seorang istri yang baik senantiasa memperhatikan pelayanannya kepada sang suami. Sudahkah ia menjadi hiasan bagi suaminya. Tatkala dipandang, menyenangkan. tatkala diperintah, taat. Tatkala ditinggal pergi, amanah.

Baca juga: "Training Pranikah dan Keluarga Bahagia"

Pengabdian kepada suami adalah jalan baginya untuk meraih ridha suami. Dengan ridha suami ia bisa meraih ridha Rabb-nya. Dan ridha Allah balasannya adalah surga.

Perempuan dan ketahanan keluarga itu saling menopang. Keluarga yang kokoh akan melahirkan anak-anak yang hebat, pemudi-pemudi yang kuat dan berakhlak mulia. Ketahanan keluarga semakin menguatkan istri untuk tetap pada maqamnya sebagai istri. Istri yang notabene merupakan profesi termulia sebelum profesi sebagai ibu. Ya, ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga adalah ibu dunia, tempat bernaungnya anak-anak luar biasa.

( Ditulis oleh Baba Ali Pakar Ketahanan Keluarga, Penulis buku "Harmonis di dunia bersama di surga", Pengasuh Samara Center)







0 komentar:

Post a Comment