Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh!
Afwan ustadz, izinkan saya bertanya. Ada sebuah keluarga yang usia pernikahannya telah memasuki tahun ke 20. Kehidupan mereka sudah sangat mapan, serba ada. Anak sudah 3 orang. Suatu ketika sang suami kepincut perempuan muda, dan cantik. Dikarenakan si perempuan muda tadi tidak mau dijadikan yang kedua, akhirnya si suami menceraikan istri tuanya.
Bagaimanakah islam memandang persoalan ini, dan apa yang harus dilakukan oleh sang istri pertamanya agar keluarga mereka kembali rukun dan harmonis seperti semula? Terimakasih Ustadz.
( Ibu Nina, Kota Paxxxxx)
Jawab:
Ibu Nina yang baik, terimakasih sudah menyampaikan pertanyaannya.
Mari kita berdo'a untuk kebaikan si ibu yang diceraikan suaminya tersebut. Semoga Allah memberikan kesabaran, keikhlasan, dan kemudahan, serta Allah beri hidayah kepada sang suami sehingga ia tidak menelantarkan istri dan anak-anaknya. Semoga Allah memberikan yang terbaik atas kasus ini. Aamiin ya rabbal 'alamiin.
Diakui atau tidak, berkeluarga itu tidak mudah namun juga tidak susah bagi yang tau ilmunya. Perlu tahu ilmu jadi suami, dan ilmu jadi istri.Dewasa ini, banyak wanita yang siap menikah tapi tidak siap jadi istri. Banyak lelaki yang siap membiayai pesta mewah, memberikan mahar yang besar, tapi tidak siap jadi suami.
Langkah pertama dalam menghadapi persoalan ini adalah muhasabah diri. Suami istri perlu memuhasabahi dirinya masing-masing, terutama terkait pelayanan masing-masing. Sudahkan istri memberikan pelayanan terbaik untuk suaminya? Tatkala dipandang menyenangkan (rambut tersisir rapi, baju tidak kumal, tubuh bersih tidak bau--apalagi terbiasa malas mandi, raut muka yang menyenangkan). Tatkala diperintah, ditaatinya (diminta ke ranjang dipenuhi, diminta ke pengajian ya berangkat, diminta di rumah ya di rumah, dan lainnya). Tatkala ditinggal pergi, bisa menjaga amanah (menjaga nama baik suami, hartanya, dan anak-anaknya)
Begitupula halnya dengan suami. Sudahkah ia berikhtiar maksimal memberikan nafkah yang halal? Sudahkah ia mendidik anak istrinya ke jalan Allah? Sudahkah ia belajar untuk bersabar atas keurangan istrinya dan bersyukur atas kebaikan-kebaikan istrinya? Sudahkah ia melihat ketulusan cinta dan dalamnya kasih sayang istri terhadapnya? Manakah yang lebih penting baginya kebaikan keluarga atau kesenangan pribadi?
Terlihat rumit, dan memang rumit tanggungjawab seorang suami itu. Tidak bisa dibuat main-main. Itulah makanya, Allah memberikan aturan main yang jelas dan fair yang tertuang dalam kitabNya dan Sunnah NabiNya.
Baca juga: "Ketika Suami Memuji Wanita Lain"
Langkah kedua adalah dengan berkomitmen membenahi diri. Bereskan kekurangan diri. Percantik keburukan diri. Perindah akhlak diri. Perbagus amalan-amalan diri. Bukankah manusia diperintahkan Allah untuk selalu belajar memperbaiki diri? Lihatlah QS Ar ra'du ayat 11, QS. Al 'alaq ayat 1-5, QS.Muhammad ayat 7, QS. Al A'raf ayat 96, QS.Al kautsar ayat 1-3.
Langkah ketiga adalah dengan meminta bantuan ustadz yang berkompeten untuk penjajakan islah.Ini langkah penting. Seorang suami yang tengah terbuai dengan pesona istri mudanya tersebut perlu diberi pandangan keislaman yang lurus. Perlu ditanyakan padanya sosok istri shalihah yang ia dambakan itu seperti apa. Lalu, alasan apapula yang membuat ia menceraikan istri pertamanya tersebut.
Setelah mengetahui dengan detil, maka ajaklah rujuk kembali. Pahamkan ia bahwa keutuhan keluarga wajib hukumnya dijaga. Tanggungjawab besar keluarga ada di pundak seorang suami. Maka demi kebaikan keluarga, rujuk adalah solusi terbaik. Rujuk dengan menceraikan istri mudanya dan kembali ke istri pertamanya, atau memilih jalan poligami adalah solusi. Kedua pilihan tersebut adalah opsi terbaik.
Bila ia ngotot dengan pilihan meninggalkan keluarganya, demi keluarga baru (bersama istri mudanya) yang ia bina, maka tegaskanlah padanya bahwa ada kewajiban besar yang tidak bisa ia abaikan. Yakni konsisten menanggung biaya anak-anaknya sampai mereka bisa mandiri, mendidik mereka ke jalan Allah, dan mencurahkan perhatian (kasih sayang) yang cukup.
Langkah keempat adalah kuatkanlah do'a kepadaNya. Rajinlah bangun pada sepertiga malam. Bangunkanlah jua anak-anakmu, mohonkan padaNya semoga mantan suami diberi petunjuk oleh Allah, dan bisa kembali berkumpul bersama kalian.
Langkah terakhir adalah tawakkal padaNya. Ingatlah, bahwa semuanya terjadi atas kehendak Allah. Setiap kehendakNya adalah baik bagi kita semua. Semua ada hikmahnya, ada pelajaran terbaik bagi manusia itu sendiri. Serahkan saja semuanya pada Allah, Dia pasti memberikan yang terbaik.
Seseorang akan mendapatkan ujian sebanding dengan kualitas imannya.
Dalam kitab Qo’idah fil Mahabbah, halaman 150, yang ditulis Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, tertulis, “Allah akan memberikan cobaan terberat bagi setiap orang mukmin yang sempurna imannya.”
Syekh Abdur Ro-uf Al Munawi dalam kitabnya Faidhul Qodir Syarh Al Jami’ Ash Shogir, mengatakan, “Jika seorang mukmin diberi cobaan maka itu sesuai dengan ketaatan, keikhlasan, dan keimanan dalam hatinya."
Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang bersabar, ganjaran bagi mereka adalah tanpa hisab (tak terhingga).” (QS. Az Zumar: 10).
Dalam "Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim" yang ditulis Imam Ibnu Katsir dimuat: Al Auza’i mengatakan bahwa ganjarannya tidak bisa ditakar dan ditimbang. Ibnu Juraij mengatakan bahwa balasan bagi orang yang bersabar pahala bagi mereka tidak bisa dihitung sama sekali, akan tetapi akan diberi tambahan dari itu. Maksudnya, pahala mereka tak terhingga. Sedangkan As Sudi mengatakan bahwa balasan bagi orang yang bersabar adalah surga.
Wallahu alam bisshowab!
( Dipandu langsung oleh Baba Ali Pakar Ketahanan Keluarga, Pengasuh Samara Center)
0 komentar:
Post a Comment