Sekembalinya dari masjid, kudapati istriku masih khusyuk dengan zikir-zikirnya. Dia begitu cantik dengan mukena putihnya itu. Sementara, dua bocah kecil kami masih terlelap pulas. Kuhampiri dia, duduk disampingnya.
“Semoga kelak kita juga bersama di surgaNya, “ bisikku ke telinganya.
“Aamiin. Seperti judul bukunya abi ‘harmonis di dunia, bersama di surga’. Aamiin” Balasnya tersenyum manyun.
Di lain waktu, saya juga sering bertanya pada istriku itu, “Sayang, apakah dikau bahagia bersamaku?” bisikku padanya.
“Kalau nggak bahagia, aku udah kabur bi. Hee...” Jawabnya geli.
Saya kira mengulang kalimat ini secara berkala, amatlah penting bagi suami istri. Disamping mampu memupuk keharmonisan, juga baik untuk evaluasi diri. Berbisik itu asik. Katanya istri, “Menggelikan, namun menyenangkan.” Berbisik itu juga simbol kedekatan. Jendela komunikasi dari hati ke hati.
Ini juga cara memberi kesempatan kepada pasangan untuk terbuka, menyampaikan uneg-unegnya tanpa kekhawatiran. Sebab, ada pengkondisian kenyamanan dalamnya. Ini pulalah saat yang tepat menyerap aspirasi terjujur untuk dijadikan bahan perbaikan diri.
Saya memilih waktu shubuh untuk memulai aktivitas ini. Badan yang fresh, hati yang lapang, akal yang jernih, udara yang bersih, dan ketenangan pagi adalah suasana terbaik. Duduk berdua, sembari merangkul sang kekasih. Bercerita, berbalas pantun, atau hanya diam dengan menggamit tangannya. Biarkan hati yang berbicara. Sungguh teramat indah. Waktu yang tepat menguatkan kembali komitmen malam pertama, janji setia awal-awal pernikahan, mengokohkan kembali pondasi kecintaan yang terbangun atas ridha-Nya itu.
Baca Juga: "Kesetiaan yang Teruji Sepanjang Zaman
Lakukanlah walau hanya sekali dalam triwulan. Jagalah mahligai cinta yang telah dibangun dengan susah payah selama ini. Jangan biarkan ia tergerus dalam arus kebosanan, bertambahnya usia, atau berkurangnya kecantikan. Selamatkan ia dari badai pertengkaran, getirnya kehidupan, dan fatamorgana dunia.
Jagalah cintamu sekuat engkau menjaga dirimu dari patukan ular. Sekali engkau lengah, maka ia pasti mematukmu, dan dalam sekejab bisanya menyebar ke seluruh tubuhmu.
Selamatkan keluarga dari hama-hama pengganggu. Hama-hama yang merusak rindangnya pohon keharmonisan. Itulah perselingkuhan, dan perceraian.
Selengkapnya bagaimana mencegah keluarga dari perselingkuhan, perceraian, dan ketidakharmonisan, bacalah buku “harmonis di dunia, bersama di surga” serta ikuti pelatihannya.
Wallahu ‘alam bisshowab!
( Sumber: Baba Ali Pakar Ketahanan Keluarga, Pengasuh Samara Center)
0 komentar:
Post a Comment