Selamat Pagi, Baba. Perkenalkan saya Bu Irna dari Kota Sxxxxx. Baru-baru ini saya mendapati keanehan pada suami dalam hal urusan ranjang. Ia mencoba gaya-gaya baru, yang sangat asing bagi saya pribadi. Sudah 25 tahun kami menikah, kok sekarang suami saya jadi macam-macam. Saya jadi risih dibuatnya. Semakin tua bukannya mulai mengurangi tapi malah menjadi-jadi dengan gaya yang aneh-aneh. Beberapa kali ia mengatakan bahawa semua yang ia lakukan bagian dari kreativitas.
Jawab:
Ibu yang baik. Bersyukurlah kepadaNya, atas karunia suami yang kreatif. Kreatifitasnya tersebut sangat baik untuk melindungi keluarga dari perselingkuhan.
Kenapa perlu ada kreatifitas dalam berjimak? Setidaknya ada 5 alasan sebagai jawaban.
Pertama, meraih seks berkualitas. Sudah menjadi sunnatullah, beda cara memasak—beda pula rasanya. Beda bumbunya, pasti beda pula rasanya. Seks juga begitu. Beda cara beda pula sensasinya. Beda bumbu (suasana) beda pula nikmatnya. Misal posisi suami di atas, beda sensasinya ketika istri yang di atas. Berjimak dengan possi berdiri dan posisi duduk memberikan sensasi nikmat yang juga berbeda.
Kedua, antisipasi kebosanan. Hal yang monoton rentan membuat pelakunya merasakan kebosanan. Hanya ada 2 hal yang bisa mengusir kebosanan seseorang. Pertama, keimanan. Keimanan-lah yang meneguhkan hati untuk setia pada pasangan. Padahal monoton kan? Ketemu terus, ML dengan dia terus—lu lagi, lu lagi. Tapi kenapa manusia bisa bertahan? Jawabannya adalah keimanan. Kedua, kreativitas. Inilah yang tengah kita bahas sekarang. Kreativitas sangat ampuh meminimalisir kejenuhan hati. Siapkan berbagai posisi dan gaya sebanyak mungkin. List dengan baik dari A hingga Z.
Ketiga, meningkatkan keharmonisan suami istri. Hubungan seks yang berkualitas sudah pasti membuat pasutri meraih kepuasan lahir dan bathin. Perasaan senang, puas, dan bahagia mendatangkan keharmonisan dalam rumah tangga. Posisi dan gaya yang variatif bisa membantu terwujudnya hal itu. Jadi nunggu apalagi.
Harmonis itu: Istri senang suami menang, besok bolehlah diulang. Istri disayang suami sayang, nikmatnya bukan kepalang.
Keempat, solusi penurunan gairah. Seiring bertambahnya usia, biasanya gairah malah menurun. Disamping itu, aktivitas seks pun sudah dianggap hal biasa—rutinitas belaka. Terkadang terasa hambar, kenikmatannya tergerus dalam arus seremonisasi.
Kelima, ibadah nambah terus. Tatkala kualitasnya bagus, aktivitas berhubungan seks menjadi bersemangat. Tambah keren lagi tentunya, bila semangatnya—semangat beribadah. Ibadah ghairu mahdhah. Sebagaimana Rasulullah menyejajarkan hubungan seks itu dengan sedekah.
“Dan dalam kemaluanmu itu ada sedekah.” Mereka—para sahabat—berkata, “Apakah kita mendapat pahala atas perbuatan kita menggauli istri?” Rasulullah menjawab, “Bukankah bila kalian salurkan nafsumu di jalan haram, kalian berdosa? Maka begitu juga bila disalurkan di jalan yang halal, kalian akan mendapatkan pahala.” (HR.Muslim)
Semakin jelas oleh kita bahwa menyalurkan hasrat seks di jalan yang halal adalah sebuah kemuliaan—bernilai ibadah. Makin banyak melakukannya, maka bertambah pulalah pahala yang didapat.
Seperti apakah kreatifitas itu? Itulah seni dan variasi posisi tatkala berhubungan seks dengan pasangan. Allah berfirman,
“Istri-istrimu adalah [seperti] tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki.” [Al-Baqarah : 223]
Menurut para Ulama ahli tafsir, ayat ini berkaitan dengan kejadiaan di Madinah. Saat itu para wanita anshar menikah dengan para lelaki Muhajirin, -- yang notabene sudah terbiasa berhubungan seks dengan berbagai gaya dan posisi, diantaranya posisi Tajbiyah—menjimak istri dari arah belakang. Mereka—para istri tersebut sontak kaget, dan menolak cara demikian. Beberapa hari kemudiaan, para istri tersebut mengadu ke Rasulullah tentang perbuatan hal demikian, maka turunlah ayat di atas.
Dalam Syarah An-Nawawi, beliau Imam Nawawi menjelaskan, “Ayat tersebut menunjukkan diperbolehkannya menyetubuhi wanita dari bagian depan, atau dari arah belakang, dengan cara menindihnya melalui sepasang tangannya, atau bertelungkup. Adapun melalui dubur/anus, tidak diperbolehkan, karena itu bukan lokasi “bercocok tanam”.”
Dari Ummu Salamah, Nabiyullah saw pernah bersabda, “Boleh saja ia melakukan hal itu selama tertuju hanya pada satu lubang, yaitu kemaluan.” (HR.Baihaqi)
Sahabat Umar bin Khattab ra juga pernah menegaskan hal serupa dalam sebuah atsar yang diriwayatkan Imam an-Nasa’i, yang artinya: “Lakukanlah hubungan seks itu dari arah depan, belakang, dengan menelentang ataupun menelungkup. Tapi hindari dubur dan juga kemaluan wanita saat haid.”
Ada banyak sekali variasi posisi dan gaya berhubungan badan yang bisa dipraktikan pasangan suami istri. Pasutri bisa memilih variasi gaya apapun—yang terpenting mereka menyukainya. Posisi dan gaya terbaik itu setidaknya memenuhi beberapa kriteria berikut:
Memberikan kenyamanan saat berhubungan
2. Tidak menguras tenaga berlebihan
3. Memberikan kenikmatan luar biasa
4. Bisa dilakukan kapanpun
5. Tidak dilarang dalam syariat Islam
Beberapa Posisi dan Gaya yang disukai banyak pasangan suami istri, dan tidak melanggar syariat ada sebanyak 16 item. Artinya ada 16 posisi dan gaya yang menyenangkan, aman bagi kesehatan, dan sesuai petunjuk syariat agama. Kesemua item tersebut tepatnya dijelaskan saat Pelatihan HDBS, atau Pelatihan Keluarga Sakinah.
( Dipandu langsung oleh Baba Ali Pakar Ketahanan Keluarga, Penulis Buku "Harmonis di dunia, Bersama di surga")
0 komentar:
Post a Comment