Wednesday, December 7, 2016

Cara Menghadapi Suami Pelit

Selamat malam ustadz, mohon ma'af mengganggu. Saya ada masalah dengan pengelolaan keuangan. Suami saya itu hitungan-hitungannya terlalu mendalam kalau berhubungan dengan uang. Minta uang susah. Ketika saya mau beli sesuatu, suami terlalu banyak tanya. Akhirnya, saya jadi malas. Bahkan untuk kebutuhan harian saja, ia selalu meminta saya ngepress kebutuhan. Ia lebih senang makan dengan sayur bening asal uang bisa ditabung. Dalam hal menunaikan zakat dan sedekah pun ia terlihat berat untuk mengeluarkannya.


Mohon sarannya, bagaimana caranya menghadapi suami yang pelit?

( Bu Ina, Bangxxxxx)


Jawab:

Ibu Ina yang baik, manajemen keuangan keluarga memang sangat penting. Antara pemasukan dan pengeluaran harus matching (pas). Pemasukan kecil, pengeluaran harus lebih kecil supaya ada tabungan. Sebaliknya, tatkala pemasukan besar, pengeluaran tetap dikontrol lebih kecil dibanding pemasukan. Hal ini untuk menjaga sehatnya neraca keuangan keluarga.

Dalam islam, solusinya adalah hemat. Belanja sesuai kebutuhan dan mempertimbangkan tingkat prioritasnya. Utamakan yang prioritas. Sebaliknya, hal yang dilarang adalah pola hidup boros dan kikir (pelit).

Mengenai larangan hidup boros, Allah berfirman, “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’ [17]: 26-27)

Rasulullah bersabda, "...Allah murka jika kalian sibuk dengan desas-desus, banyak mengemukakan pertanyaan yang tidak berguna serta membuang-buang harta.” (HR. Muslim no.1715)

Dalam hal pelit ini, Allah berfirman :

“ harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat..”  (Ali Imran : 180)

“ Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-nya, mereka kikir dengan karunia itu dan ia berpaling dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran) (at Taubah : 76)

“ Dan barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya , maka mereka itulah orang-orang yang beruntung (ath Thagabun : 16)


Rasulullah saw mengingatkan siapa saja yang pelit dalam haditsnya berikut ini:

Dari Abu Hurairah r.a. : bahwa Rasulullah Saw bersabda : “ Barang siapa yang diberikan oleh Allah harta kepadanya , kemudian ia tidak mengeluarkan zakatnya, maka ia akan berwujud ular yang sangat besar yang akan menariknya dengan dua tulang rahangnya yang lebar, kemudian ia berkata, “ saya adalah harta simmpanananmu.”(HR. Mutttafaq alaih)

Dari banyak dalil diatas dapat kita tarik kesimpulan, betapa Allah memurkai orang-orang yang hidupnya pelit. Sehingga jelas oleh kita bahwa pelit, dan boros tidak dibenarkan dalam islam. Siapa saja yang mengaku beriman kepada Allah dan hari akhir, sebaiknya meninggalkan perbuatan ini. Sebab, kedua-keduanya merupakan perbuatan setan laknatullah 'alaih.

Baca Juga: "Habis Manis Sepah dibuang"

Menafkahi keluarga adalah kewajiban seorang suami. Bagaimanapun cara mendapatkannya (selagi dalam koridor yang halal), maka dibenarkan dalam islam. Tidak boleh mengurangi kebutuhan keluarga yang wajib semisal makan, pakaian, kesehatan, dan pendidikan. Tatkala suami menahan hartanya, sehingga anggota keluarganya kelaparan, auratnya terbuka, berpenyakitan, dan bodoh, maka ini adalah bentuk kezaliman yang besar seorang suami atas istri dan anak-anaknya.

Dalam hal menafkahi ini, rukhsah (keringanan) hanya berlaku bagi suami yang tidak mampu. Ia telah berikhtiar keras, namun Allah uji dengan hasil yang belum mencukupi. Artinya, takdir hidupnya memang miskin, maka ada keringanan baginya. Sebab Allah tidak membebani hambaNya, melainkan sesuai dengan kemampuan hambaNya itu. Bahkan, siapa yang bersabar dengan ujian miskin, Allah mengganjarnya dengan jannah-Nya.

Tatkala Nabi di Isra' Mi'raj-kan oleh Allah Swt, salah satu yang diperlihatkan kepada beliau adalah surga yang mayoritas diisi oleh kaum dhu'afa (fakir miskin). Artinya, hidup miskin itu bukan hinaan, tapi ujian. Nah, siapa saja yang bersabar dengan beratnya hidup dengan kemiskinan dan tetap menjaga ketaatannya kepada Allah, maka baginya surga.

Kembali kepada bahasan suami pelit. Para suami perlu mengetahui bahwa nafkah yang ia berikan kepada keluarganya adalah sedekah. Semuanya bernilai ibadah asal dijalankan penuh keikhlasan. Keluarga adalah sarana amal yang Allah berikan pada seorang suami. Seberapa besar kesungguh-sungguhannya dalam menafkahi, kesabarannya dalam mendidik anak istrinya, serta keikhlasannya dalam mengurus keluarganya, semuanya bernilai pahala yang besar di sisiNya.

Jadi, bagaimana menghadapi suami pelit? Caranya adalah sebagai berikut:

Pertama, lihatkan penjelasan saya ini kepada suami.
Kedua, Ajaklah suami ikut pengajian-pengajian atau taklim-taklim.
Ketiga, do'akan suami agar diberi hidayah oleh Allah Swt
Keempat, Jangan kurangi pelayanan pada suami. Semoga saja ia tersentuh dengan kemuliaan hati sang istri
Kelima, tawakkal padaNya. Serahkan semua urusan kepadaNya. Manusia hanyalah menjalani kehidupan yang sudah didesain ini. Jalani saja peran kita masing-masing dengan sebaik-baiknya.

Nikmatilah kebersamaan bersama orang-orang yang kita sayangi. Wallahu alam bisshawab!

(Dipandu langsung oleh Baba Ali Pakar Ketahanan Keluarga, Pengasuh Samara Center, dan Penulis buku "harmonis di dunia bersama di surga")

0 komentar:

Post a Comment