Sore Baba Ali, bagaimana pandangan islam terhadap suami yang berkebiasaan kumuh? Selanjutnya, sebagai seorang istri yang shalihah, langkah apa yang harus dilakukan?
Kumuh yang saya maksud di sini adalah seorang suami yang kurang memperhatikan kebersihan giginya, kurang peduli dengan rambutnya acak-acakan dan berketombe. Termasuk juga bau ketiak yang memusingkan, kuku-kuku jari yang terkadang ada kotorannya masih dibiarkan.
Saat diberi masukan, suami berdalih sibuk, nggak punya waktu-lah, pekerjaan setumpuk, dan lainnya. Seakan ia masa bodoh dengan penampilannya. Sementara saya sebagai istri merasa jijik dengan hal-hal tersebut. Saat ia minta ke ranjang, saya sangat malas. Tapi di sisi lain, saya juga takut dengan kemurkaan Allah SWT.
Akibatnya, saya selalu merasa terpaksa bila memenuhi permintaannya berjimak. Buruknya lagi, saya tidak menikmati setiap jimak yang kami lakukan.
Mohon nasehatnya Baba Ali
( Hamba Allah--seorang ibu rumah tangga dengan 3 putra)
Jawab:
Ibu yang baik, semoga kesabaran ibu bernilai pahala yang berlipat ganda di sisiNya. Dalam pandangan islam, kebiasaan buruk ini sangat dilarang. Kebiasaan ini dikategorikan dalam perbuatan zhalim. Hukumnya haram.
Berikut tips-tips yang bisa ibu lakukan:
Pertama, perlihatkan penjelasan saya ini kepada suami. Mintalah ia dengan cara yang lembut untuk membaca dan merenungkannya.
Dalam Islam, ada etika pergaulan antara suami istri yang wajib diketahui dan diamalkan. Sebagaimana Allah berfirman "Dan bergaullah dengan mereka (dengan istri-istrimu) secara makruf".( QS Annisa: 19)
Makruf tersebut bermakna sepatutnya, bisa diterima dengan baik, menyenangkan, atau membahagiakan. Nah, kalau sekiranya ada hal-hal yang tidak disukai oleh pasangan kita, maka sudah sepatutnya seorang suami atau istri untuk memperbaiki dirinya. Ini bertujuan untuk menggapai kesakinahan itu sendiri. Sakinah itu bermakna kecenderungan, ketentraman, dan ketenangan. Dalam hal ini sebagai suami atau istri yang baik, apa saja yang mengganggu kesakinahan rumah tangga harus segera diatasi. Termasuk dalam hal ini adalah penampilan, bau badan, dan lain sebagainya.
Dalam agama kita, suami istri diperintahkan untuk berhias diri, agar bisa tampil maksimal, sebagai bukti kesungguh-sungguhan dalam mewujudkan keutuhan dan kebahagiaan rumah tangga.
Jangan biarkan hal-hal sepeleh merusak kebahagiaan, semisal bau mulut, bau ketek, bulu ketiak, kerak gigi, gigi kuning, rambut kusut, kumis berantakan, jenggot urak-arik, jerawatan, dan lain sebagainya.
Ketahuilah, seorang isteri mengagumi sesuatu yang ada pada diri suaminya, sebagaimana suami merasa kagum pada sesuatu yang ada pada diri istrinya. Ini adalah fitrahnya manusia yang cinta pada keindahan. Inilah juga sifat ilahiyah yang ada pada diri manusia---mencintai keindahan, kebersihan, dan kesucian. Ketika kita mengabaikannya itu berarti mengingkari fitrah kita sebagai manusia. Ketika Ibnu Abbas ra memahami hal ini dari firman Allah Ta’ala, “Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf.” [QS. Al-Baqarah: 228] beliau berkata, “Aku akan berhias untuk istriku sebagaimana ia berhias untukku.”
Baca Juga: "Training Ketahanan Keluarga"
Tentang ayat ini, al-Qurtubi berkomentar, “ Maksud ayat ini adalah bahwa hendaknya istri mempunyai perhiasan (maksudnya suami) yang dapat membuatnya gembira dan menjaganya dari laki-laki lain.”
Dalam sebuah riwayat diceritakan, “Ada seorang suami yang
selalu berambut kusut lagi dekil menghadap khalifah Umar bersama istrinya.
Kemudian istrinya berkata, “ Aku tidak cocok dengannya, wahai Amirul Mukminin.”
Lalu khalifah umar memerintahkan kepada sang suami untuk merapikan rambut dan
memotong kuku-kukunya yang telah panjang. Setelah itu beliau memerintahkan sang
suami yang telah berpenampilan rapi tersebut menghadap kembali kepada
isterinya. Namun sang istri malah berpaling darinya. Bukan karena ia masih
tidak suka kepadanya, melainkan karena ia mengira lelaki itu bukan suaminya.
Setelah semuanya jelas, maka ia pun langsung mencium suaminya, dan mencabut
pengaduannya kepada khalifah Umar.
Kedua, bersabarlah dalam mengingatkan suami.
Ketiga, Do'akan suami semoga diberi hidayah oleh Allah SWT.
Wallahualam bisshowab
(Dipandu langsung oleh Baba Ali Pakar Ketahanan Keluarga, Pengasuh Samara Center, dan Penulis buku "harmonis di dunia bersama di surga")
0 komentar:
Post a Comment