Kehidupan bermasyarakat yang aman, damai, tentram, dan bersahaja terwujud dari pergaulan sosial antar warganya yang kondusif dan terkendali. Pergaulan seperti ini faktor pendorong utamanya adalah keluarga yang kokoh.
Dari keluarga yang kuat tersebutlah muncul generasi-genarasi yang berkarakter kuat. Mereka berakhlak baik, terbina dan memiliki prestasi-prestasi dalam kesehariannya. Biasanya anak-anak seperti itu memiliki kedisiplinan waktu yang cukup baik, dan kegiatan-kegiatan mereka terarah.Alhasil, mayoritas mereka memiliki ketrampilan yang baik di bidang mereka masing-masing. Semisal keterampilan (skill) berbahasa asing, pidato/ceramah, menulis, kerajinan tangan, Qori Al Qur'an, kepemimpinan, dan lainnya.
Mereka jarang bahkan ada yang tidak pernah keluyuran, ngalur ngidul, ngelantur sana-sini. Hari-harinya penuh dengan berbagai aktivitas bermanfaat. Kondisi seperti ini menghadirkan ketenangan dalam bermasyarakat.
Tidak hanya anak-anak yang baik,ayah dan ibunya tentu jauh lebih baik semestinya. Suami istri yang memahami cara bergaul yang baik, memuliakan tetangga, membuang ego kedirian, dan lebih cenderung menjaga keharmonisan bermasyarakat. Pada prinsipnya adalah saling tau diri, menjaga diri, dan melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan kemasyarakatan.
Keharmonisan dalam bermasyarakat tidak akan terwujud tanpa terciptanya terlebih dulu keluarga harmonis. Pasangan suami istri yang harmonis menjadi parameter terwujudnya ketahanan sosial.
Baca Juga: "Strategi Penguatan Ketahanan Keluarga"
Perilaku yang bijak, dan kedewasaan dalam berfikir menjadi cerminan keluarga harmonis.Tatkala keluarga beres, maka tatanan kehidupan bermasyarakat juga beres. Intinya, setiap orang berkewajiban mewujudkan ketahanan keluarga. Setiap orang dituntut untuk terus berbenah. Membenahi ilmunya, dengan ilmu lahirnya kepahaman yang benar, setelah itu menjadi keyakinan, dari keyakinan menjadi prinsip hidup.
Berbenah ilmu bisa dengan banyak membaca buku-buku ketahanan keluarga, mengikuti seminar dan training ketahanan keluarga, bergaul dengan para ustadz serta memuliakannya, mengikuti ceramah dan pengajian, dan terakhir memohon petunjukNya.
Kesimpulannya, siapa saja yang hendak berkontribusi dalam mewujudkan ketahanan sosial (lingkungan yang aman, damai, tentram, kondusif, kepedulian untuk berbagi, dan lainnya), maka benahilah keluarganya masing-masing. Wujudkan keluarga harmonis, maka kehidupan bermasyarakat pun akan harmonis.
( Ditulis oleh Baba Ali Pakar Ketahanan Keluarga, Pengasuh Samara Center, dan Penulis buku "harmonis di dunia bersama di surga)
0 komentar:
Post a Comment