Friday, December 2, 2016

Strategi Penguatan Ketahanan Keluarga

Semua pasangan mendambakan keluarga yang harmonis. Dan, semua pasangan senantiasa berupaya untuk mempertahankannya. Itu hal yang positif, wajar, dan memang begitu semestinya. Bagi wanita, keluarga adalah segala-galanya. Kebahagiaannya tergantung pada iklim yang tercipta dari keluarga kesayangannya tersebut.

Bagi suami, keluarga adalah sumber kebahagiaan hidupnya. Walau keluarga bukan segala-galanya baginya, namun dari keluargalah ia mendapatkan kebahagiaan yang sempurna. Selain keluarga, bagi seorang suami masih ada pekerjaan, hobi, dan lainnya. Inilah bedanya lelaki dengan perempuan.

Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan dalam rangka penguatan ketahanan keluarga, di antaranya sebagai berikut:

Pertama, penguatan komitmen pernikahan. Cobalah berdua saja di rumah sehari penuh. Anak-anak ungsikan dulu ke tempat orang tua atau mertua. Isilah waktu seharian tersebut dengan berdua saja. Segarkan kembali orientasi pernikahan, komitmen yang pernah dibangun pada malam-malam honeymoon.Susunlah kembali target-target dakwah kalian, karya-karya, dan bekal-bekal menuju akhirat.

Baca juga: "Donald Trump dalam Perspektif Ketahanan Keluarga"

Kedua, Semangat berislam. Jadikanlah islam sebagai asas keluarga. Semua yang dilakukan landaskan pada Al Qur'an dan Sunnah Nabi saw. Dimulai dari adab makan yang sesuai sunnah Nabi. Tidur yang sesuai sunnah Nabi. Adab masuk, dalam, dan keluar kamar mandi yang sesuai petunjuk Nabi saw. Membudayakan baca Qur'an, mentadaburinya, menghafalnya, dan mengamalkannya. Intinya, menjalankan kehidupan rumah tangga yang sepenuhnya berpedomankan pada islam.



Allah Ta'ala berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman, selamatkanlah dirimu dan keluargamu dari siksaan api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu..." (QS. At Tahrim ayat 6)

Ketiga, agendakan riyadhoh keluarga. Riyadhoh atau rekreasi ini sangat penting. Kegiatan ini positif sekali untuk mengusir kejenuhan, menyegarkan pikiran dan semangat hidup. Melihat alam yang luas, indah, hijau, sungai yang jernih, angin yang segar, dan kebeningan alam membuat mata fisik dan fisikis kehambaan kita kembali bergairah.Ketahuilah, jarang rekreasi menimbulkan depresi. Pengennya marah-marah, emosian. Nah, kasus semacam ini biasanya sering dialami oleh para istri. Suami yang bijak, perlu memahami hal ini.

Keempat, perkuat finansial. Uang memang bukan segala-galanya, tapi di zaman yang semakin sulit ini, segala-galanya butuh uang. Dengan demikian, seorang suami perlu meningkatkan pundi-pundi penghasilannya. Dari kehidupan yang serba pas-pasan, cobalah untuk meningkatkannya sesuai kemampuan.Perlu kreativitas lebih, kerja keras untuk kehidupan ekonomi yang lebih baik.

Kelima, tawakkal kepadaNya. Perlu dipahami bahwa hidup itu adalah ujian. Kelaurga adalah sarana ujian bagi suami istri. Anak-anak adalah ujian bagi orang tuanya. Pernah menyaksikan anak kiyai yang nakal, bandel, dan malas belajar? Terlihat begitu bertolak belakang dengan ayahnya yang shalih. Anda kaget? Iya, bahkan terkadang terlintas su'sdzhon (prasangka buruk) kepada Si Kiyai. Ah, anak kiyai kok keblinger. Gimana nih Kiyai, baca do'a nggak nih sebelum bikin anak? dan lain-lain. Janganlah begitu. Ketahuilah, bahwa Ini ujian bagi ayah yang shalih. Semakin tinggi pohon, semakin besar pula angin yang menerpa. Nah, begitulah hidup. Lewat anaknya itu, Allah pengen lihat bagaimana reaksi si Kiyai dalam menghadapi putranya yang mbeling tersebut.

Simak Pula: "Ma'afkanlah Kekasihmu"

Sebab hidup adalah ujian, maka hadapilah dengan sabar dan syukur. Duji dengan kelebihan, bersyukurlah. Diuji dengan kekurangan, bersabarlah.

Istri adalah ujian bagi suaminya. Tidak sedikit pula, istri yang berperilaku buruk. Ini berarti Allah tengah menguji sang suami lewat buruknya perangai istrinya. Dan, begitupula sebaliknya.

Semoga terwujud keluarga yang kuat, harmonis, dan bahagia dunia akhirat. Aamiin!

Wallahu alam bisshowab!!!


(Ditulis oleh Baba Ali Pakar Ketahanan Keluarga, Pengasuh Samara Center)





0 komentar:

Post a Comment