Friday, December 2, 2016

Donald Trump dalam Perspektif Ketahanan Keluarga

Siapa orang yang tidak kenal Donald Trump. Hampir sebagian besar masyarakat dunia mengenalnya. Terutama pada beberapa tahun terakhir, semenjak ia resmi diusung oleh Partai Republik menjadi kandidat presiden hingga sekarang ia memenangkan pemilu tersebut.

Kampanye dirinya yang over ekstrim dengan masif, sungguh tak bisa dilupakan. Dengan isu mendiskreditkan komunitas muslim di Amerika Serikat, ia sukses menuai kontroversi. Kontroversi yang berbuah dukungan sekaligus penolakan. Saya tidak berpanjang-panjang mengenai taktik politiknya dan kemenangannya, yang jelas ia menjadi viral dunia saat ini (2016).

Bila kita tarik mundur ke belakang, miliader properti ini memiliki jejak ketahanan keluarga yang rapuh. Bagaimana tidak, janda resminya sudah dua orang yakni Ivana Trump dan Marple Trump. Selanjutnya, meninggalkan 4 anak ( yang akhirnya berstatus anak tiri). Mereka adalah Donald Jr, Ivanka, dan Eric Trump, dan Tiffany. 

Simak juga: "Merawat Cinta Sampai Tua"

Anak-anaknya tersebut kehilangan perhatian dan kasih sayang seorang ayah.Bagi anak-anak, perhatian dan kasih sayang adalah nomor satu. Sebanyak apapun uang, uang tetaplah uang. Uang tidak bisa untuk membayar kasih sayang. Itu dua hal yang berbeda, seperti halnya bukit dan jurang.

Setelah cerai secara bergantian dengan kedua bintang model tersebut yakni Ivana dan Marple, Donald Trump menikah dengan Melanie Knauss--seorang model panas yang masih belia dan sangat cantik. Dari pernikahan ini mereka dikaruniai seorang putra, Donald Trump Junior.

Perjalanan cinta yang sering berujung pada perceraian ini menunujukan banyak catatan negatif Donald Trump dari sisi ketahanan keluarga.Kesuksesan ia dalam menjalankan bisnis, meraih puncak kekuasaan, rupanya tidak ditemukan pada kemampuan ia dalam membangun keluarga.Ia rapuh dalam mempertahankan keluarga. Sukses dalam membangun kerajaan bisnis, walaupun tak kenal halal haram. Sukses dalam memperebutkan jabatan bergengsi walaupun tanpa kenal keberkahan. Namun ia tak berdaya dalam mempertahankan keluarga yang kokoh.

Kenapa demikian? Jawabannya sederhana sekali, yakni Donald Trump tidak memiliki ruh cinta dalam jiwanya. Ia tidak mengenal bagaimana menumbuhkan cinta yang hidup. Cinta yang mengaliri sepanjang urat nadi kehidupan. Cinta yang menjalar seiring detakkan jantung yang harmonis.Cinta itu bernama kasih dan sayang. Kasih dan sayang yang tak kenal muka yang keriput, uban yang bersemi, rahim yang kendor, berat badan yang melambai, usia yang kian menua, dan lain sebagainya.

Donald Trump tak mengenal itu semua. Ia hanya mengenal paras yang selalu cantik, rahim yang kencang, gairah kemudaan, dan lainnya. Akibatnya, setiap kali ada yang muda, yang tua kesingkir. Ivana yang mulai menua, ia ganti dengan Marple yang cantik mempesona. Marple mulai kurang bergairah, ia ganti dengan Melanie Knauss yang cantik lagi belia. Dalam kamus Donald Trump, kita tidak menemukan KESETIAAN. Tidak ada cinta, yang ada hanyalah nafsu syahwat belaka.

Baca Juga: "Habis Manis Sepah Dibuang"

Di mata khalayak ramai, berikut catatan negatif seorang Donald Trump  dalam hal ketahanan keluarga. Pertama, miskin kesetiaan. Kedua, anak-anaknya kehilangan sosok ayah yang dirindukan. Ketiga, pemain wanita. Keempat, mengutamakan kesenangan pribadi--masa bodoh dengan kekecewaan dan air mata perempuan-perempuan yang pernah terjatuh dalam pelukannya.

Artikel ini saya tulis dengan maksud sebagai pembelajaran. Saya khawatir, banyak orang awam mencontoh mentah-mentah perjalanan asmara Donald Trump yang sebaiknya dijauhi. Figur ini jawara dalam kekayaan dan jabatan, tapi contoh buruk dalam hal membangun keluarga. Mungkin untuk sementara, sosok Barack Obama cukup baik dicontoh dalam hal mengokohkan ketahanan keluarga. Obama terbilang berhasil mewujudkan keluarga harmonis.


(Ditulis oleh Baba Ali Pakar Ketahanan Keluarga, Pengasuh Samara Center, dan Penulis buku "harmonis di dunia bersama di surga")

0 komentar:

Post a Comment