Thursday, December 1, 2016

Murka Allah bagi Istri yang Bermusuhan dengan Ibu Mertuanya

Pagi ustadz, mohon maaf menggganggu. Izinkan saya bertanya satu hal saja. Bagaimana pandangan islam terhadap istri yang bermusuhan dengan ibu mertuanya?

Itu saja ustadz. Syukron katsir!

(Andi, Purwxxxx)

Jawab:

Bapak Andi yang baik, semoga Allah memberi hidayah kepada isri tersebut. Aamiin.

Dalam syariat islam, anak laki-laki adalah milik ibunya. Ibunya memiliki hak penuh terhadap seorang lelaki yang tengah berperan sebagai suami tersebut. Syariat ini tidak ada batasan waktu, berlaku hingga ke akhirat.


Sebagaimana dalam sebuah hadits shahih, diriwayatkan bahwa Aisyah Ra bertanya kepada Rasulullah Saw, ”Siapakah yang berhak terhadap seorang wanita?” Rasulullah menjawab, “Suaminya” (apabila sudah menikah). Aisyah Ra bertanya lagi, ”Siapakah yang berhak terhadap seorang laki-laki?” Rasulullah menjawab, “Ibunya” (HR. Muslim)

Dengan demikian, para suami adalah milik ibu kandungnya. Ia hanyalah titipan dari Allah sebagai penguji ketaatan seorang isri. Beriman atau tidaknya seorang istri, tergantung pada perlakuannya pada suaminya. Semua perintah dan larangan suaminya, asal dalam hal yang makruf (baik), maka wajib baginya untuk mentaatinya.

Ini syariat Allah untuk mengatur kebaikan hidup manusia itu sendiri. Ini bukan kehenak suami. Tapi ini adalah perintah dari Allah, Zat yang Maha Mengatur Segala-galanya. Mengaku beriman pada Allah, dibuktikan dengan menjalankan perintah Allah SWT. Dalam hal ini adalah mentaati suami. Sejelek apapun suami, semiskin apapun suami, hukumnya tetap wajib untuk ditaati.Itulah makanya perlu kecermatan, pertimbangan yang matang sebelum mengatakan siap menikah dengannya (calon suami).

Simak Pula: "Hukum Menolak Ajakan Suami ke Ranjang"

Selanjutnya, hadits diatas juga menegaskan bahwa istri adalah milik penuh seorang suami. Ini berarti pengabdian utama seorang istri adalah pada suaminya, bukan pada yang lain. Apapun alasannya, suami adalah prioritas utama untuk ditaati setelah Allah dan RasulNya.

Istri milik suaminya, sementara suami milik ibunya. Lalu, bagaimana mungkin seorang istri berani menyakiti hati pemilik suaminya? Bagaimana mungkin seorang istri berani memusuhi pemilik orang yang wajib ia taati? Tentu, ini tidak masuk diakal yang normal.

Seburuk apapun ibu mertua, jangan lupa bahwa ia adalah ibu orang yang kalian cintai. Allah telah memerintahkan suamimu berbakti kepada ibunya. Allah Swt berfirman, “…dan hendaklah kamu bersyukur kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu” (QS. Luqman:14).

Rasulullah juga bersabda, “Ridha Allah terdapat pada keridhaan orang tua. Dan murka Allah terdapat pada kemurkaan orang tua” (HR. Turmudzi).

Lalu, bagaimana mungkin seorang istri berani menghalangi suaminya berbakti kepada ibunya? Bagaimana mungkin seorang istri menghasud suaminya untuk membenci ibunya sendiri? Bagaimana mungkin seorang istri menghina, mencaci maki, menjelek-jelekkan ibu suaminya di depan suaminya sendiri? Tentu sekali lagi semua ini di luar logika yang sehat.

Lalu, apa yang semestinya dilakukan seorang istri terhadap ibu mertuanya? Ada beberapa sikap terpuji seorang istri terhadap ibu mertuanya, diantaranya sebagai berikut:

Pertama, Menghormati ibu mertua karena Allah. Menghormati beliau bukan karena beliau, tapi karena Allah. Sebab itu perintah Allah SWT. Nah, dengan begini insyaallah akan bernilai ibadah di sisiNya. Menghormati sikapnya, perilakunya, keputusannya, pilihannya. Jikalau tidak sependapat, maka diamlah--bersabarlah.

Kedua, berbuat baik kepada ibu mertua dan bapak mertua. Komitmenkan diri untuk menjadi menantu yang baik. Sebetulnya, memang sudah selayaknya seorang istri memuliakan orang tua suaminya. Ketahuilah,bahwa pernikahan tidak hanya mengikat suami istri, tetapi juga hubungan kedua belah pihak. Pihak keluarga istri dengan pihak keluarga suami. Karena pernikahanlah, orang tua suami juga orang tua istri. Begitupula sebaliknya.

Ketiga, berdo'alah untuk kebaikan orang tua suami, terutama ibu mertua. Ikutkanlah beliau dalam setiap do'a-do'a terbaikmu.

Semoga ikhtiar para istri untuk menjadi menantu yang shalihah terwujud. Allah beri kekuatan, keikhlasan, dan semangat untuk lebih baik. Aamiin

(Dipandu langsung oleh Baba Ali Pakar Ketahanan Keluarga, Pengasuh Samara Center, dan Penulis buku "Harmonis di dunia bersama di surga")


0 komentar:

Post a Comment