Wednesday, May 10, 2017

Tatkala Pasangan Tak Seindah yang Dibayangkan

Di depan kaca, dengan wajah sumringah Imron bin Hiton memeluk istrinya dari belakang. Tawa geli, cumbuan, rayuan indah, mewarnai kebahagiaan mereka berdua di pagi itu. Ia (generasi tabi'in) itu bertutur kepada istrinya, "Cantiknya dikau pagi ini duhai belahan jiwaku."

Istrinya berkata, "InsyaAllah kita masuk surga suamiku."

"Apa yang membuatmu sebegitu yakin, Kekasihku?" Tanya Imron berbunga-bunga.

Istrinya menjawab, "InsyaAllah kita masuk surga, sebab engkau bersyukur atas diriku, dan aku bersabar atas dirimu."

Bukan tanpa alasan, istri Imron bin hiton berkata demikian. Dalam beberapa atsar dikatakan bahwa istri salafusshalih tersebut adalah wanita shalihah di jamannya. Berasal dari keluarga terpandang dan kaya raya. Berilmu tinggi. Dan, terkenal kecantikannya.

Sementara Imron bin hiton adalah kebalikannya. Rupanya buruk, fakir, dari keluarga biasa, namun shalih.

Seranting lebih hebat dari cerita di atas adalah kisahnya Fatimah Azzahra ra dengan Ali bin Abi Thalib ra. 

Malam itu, malam pertama bagi sang pengantin baru. Fatimah berkata, ”Duhai kekasihku, tahukah kamu bahwa sebelumnya aku pernah mencintai seorang lelaki?” Ali terdiam kaku. Fatimah melanjutkan,”Aku sangat mengaguminya, dan diam-diam jatuh hati padanya. Ia mengisi relung jiwaku bertahun-tahun, sebab keluhuran budinya, ketangguhannya di medan perang, dan kecerdasannya kian membuatku tak berdaya.” Dengan muka memerah, gagap, tertunduk, Ali berkata,”Kenapa engkau tidak menikah dengannya saja? Mudah bagimu untuk mendapatkannya, duhai putri kesayangan Nabi?” Fatimah melanjutkan, “Lelaki itu adalah kau kekasihku.” Ali terperanjat bahagia. Mereka hidup bahagia hingga maut datang mengakhirinya.

Cuaca yang buruk menyelimuti perkisahan cinta Siti Asiyah. Semenjak sang suami, Pangeran Ramses II dinobatkan sebagai pelanjut tahta Fir'aun (pharaoh/raja), rumah tangganya mulai kelam dari kebahagiaan. Kepongahan menguasai fir'aun muda itu. Gundik, judi, miras, hingga pembunuhan bayi. Terlebih parah, saat fir'aun memproklamirkan diri sebagai Tuhan. 

Siti Asiyah tak henti hentinya mentarbiyah suaminya, hingga ia wafat di tangan fir'aun yang zhalim.

Ketiga model pasangan tersebut adalah corak solusi yang baik dalam menyikapi tatkala pasangan tak seindah yang dibayangkan.

Istri Imron bin Hitom menjewel para istri untuk banyak bersabar. Bersabar atas kekurangan, dan kejahilan suami. Meniatkan sabar semoga menjadi washilah meraih jannahNya.

Putri kesayangan Rasulullah Fatimah Azzahra seakan tidak pernah melihat kekurangan dari suaminya Ali bin Abi Thalib. Rasa syukur yang menggunung. Ia memahami makna tertinggi dari syukur yakni hanya melihat kebaikan saja. Fokusnya pada kebaikan suami saja.

Jikalau sekiranya Fatimah adalah wanita kebanyakan, maka tentu yang nampak dari seorang Ali hanyalah sosok lelaki yang kurang beruntung. Sudah hitam jelek, miskin pula.

Si wanita tangguh Siti Asiyah memberi contoh bagaimana mendakwahi suami tak kenal henti. Cinta membuat ia tak rela sang suami bergelimang lumpur kekufuran. Tak ada yang bisa menghalanginya, bahkan siksaan dari suaminya sendiri tak membuat ia berhenti. Hanya kematianlah yang menyudahi dakwahnya. 

Sebaiknya, jewelan sayang Siti Aisyah ini menjadi renungan berharga bagi para istri. Jangan biarkan suami larut dalam kekufuran. 

Tak sedikit istri jaman sekarang, malah mendiamkan suaminya berbuat curang, riba, dan lainnya. 

Terakhir, syukurilah setiap kebaikan pasangan. Bersabarlah atas hal-hal yang tidak engkau senangi dari dirinya. Senantiasa belajar, agar bisa membahagiakan satu sama lain.

Berhentilah menuntut ini dan itu. Itu sangat menyiksa baginya. Jangan lakukan sesuatu yang dibencinya, sebab engkau pun pasti menolak hal hal yang engkau benci. Berbahagialah!!!

(Ditulis oleh: Baba Ali M.ChN, Pakar Ketahanan Keluarga, Pengasuh Samara Center)

0 komentar:

Post a Comment