___Agama runtuh dalam diri seseorang yang tidak shalat. Tidak beragama
orang yang tidak mendirikan shalat___
Sebagai kepala
rumah tangga, suami adalah pemimpin bagi anak istrinya. Kepemimpinannya
menentukan citra dan kualitas mahligai rumah tangga yang dibangunnya. Keluarga
yang terbentuk tak lepas dari kapabilitas dirinya sebagai seorang suami.
Berhubungan dengan kapabilitas tersebut, seorang suami bukan hanya
penanggungjawab nafkah tetapi juga seorang leader
(pemimpin), ustadz (guru), pelindung, dan teladan dalam keluarga. Tugas yang
berat, dan kelak akan dimintai pertanggungjawabannya di sisi Allah SWT.
Rasulullah Saw
bersabda, “Setiap kamu adalah pemimpin,
dan setiap pemimpin akan ditanyai tentang kepemimpinannya.” (HR. Muttafaqun
‘alaih)
Hal utama yang
akan dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Allah SWT oleh para suami adalah
yang berhubungan dengan shalat. Apa itu? Ialah sudahkah ia (suami)
memerintahkan anak istrinya mendirikan shalat. Mulai dari mengajari mereka
shalat yang betul, memiliki kesadaran akan keutamaan shalat, ghirah (semangat) menjaga shalat, dan
menerapkan nilai-nilai shalat dalam tingkah laku keseharian. Ini tugas seorang
kepala keluarga, tugas utama yang tidak bisa diwakilkan apalagi ditunda.
Allah SWT berfirman, “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah
kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi
rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.
[Thaha/20:132]
Memang tidak mudah, butuh kesabaran berlipat-lipat.
Perlu kegigihan yang berlapis-lapis dalam menunaikannya. Walaupun demikian,
tetap tidak ada rukhsah (keringanan)
dalam hal perintah mendirikan shalat ini. Ini menjadi isyarat bahwa keluarga
wajib diisi oleh orang-orang yang mendirikan agama. Agama runtuh dalam diri
seseorang yang tidak shalat. Tidak beragama orang yang tidak mendirikan shalat.
Rasulullah bersabda, “Shalat adalah tiang agama. Barang siapa yang menegakkan shalat, maka
berarti ia menegakkan agama, dan barang siapa yang meninggalkan shalat berarti
ia merobohkan agama.” (HR. Bukhari Muslim)
MasyaAllah, sudah terang benderang dalam benak kita bahwa urusan
shalat adalah perkara nomor satu dalam hidup ini. Dalam hal ini, banyak ulama salafusshalih bersepakat bahwa manusia
hidup di dunia ini hanyalah untuk dua hal saja. Dua hal itu yakni menunggu
waktu shalat, dan menunggu waktu dishalatkan.
Terakhir, dari Abdullah bin Amru bin Ash ra,
bahwasanya Nabi Saw pernah besabda:
“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk melakukan
shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka saat mereka
berumur sepuluh tahun jika mereka meninggalkannya, serta pisahkan mereka
(antara laki dan perempuan) ditempat tidur.” (HR. Imam Ahmad (no. 6756 ), Abu
Daud, no. 495; Hâkim ( 1/311), dan dishahihkan oleh imam al-AlBâni dalam
Shahîhul Jâmi’, no. 5868)
Wallahu alam bisshowab!
(Ditulis
oleh Ust
Baba Ali M.ChN, Pengasuh SAMARA CENTER, Pakar Ketahanan Keluarga)
0 komentar:
Post a Comment