Saturday, November 26, 2016

Jangan Abaikan Kebutuhan Istri

Baba Ali. Mohon solusinya atas permasalahan saya ini. Saya Bu Lily (nama samaran, red.) tinggal di Surabaya. Saya menikah usia 27 tahun, sementara suami saat itu berusia 49 tahun. Selisihnya cukup banyak ya, 22 tahun. Tapi saya tidak mempermasalahkan, sebab saya menyukainya. Ia baik, berjiwa kebapakan, shalih, dan mapan. Alhamdulillah kami bahagia, dan dikaruniaiNya 3 orang anak.

Namun setahun belakangan ini, saya dihadapkan pada masalah yang tak pernah saya duga. Suami bergabung dengan salah satu jama'ah yang punya kebiasaan berkeliling dari masjid ke masjid. Terkadang dari satu pulau ke pulau lainnya. Bahkan pernah juga ke negara tetangga, semisal malaysia. Saya dan anak-anak sering ditinggal. Dalam setahun kami serumah cuma beberapa minggu saja. Itupun ia sibuk dengan ikhtikafnya.

Masalahnya, saya ini masih muda. Saya butuh dikeloni, disayang, dicintai sepenuh hati. Saya butuh seperti yang dibutuhkan banyak wanita yakni aktivitas ranjang. Sementara suami sepertinya sudah mulai menjauhi dunia. Ia seakan tidak lagi tertarik padaku. Akhirnya saya benar-benar tersiksa, menderita. Terkadang saat kalut, ada keinginan untuk berbuat serong. Tapi, saya masih takut dosa. Apa yang harus saya lakukan?

Jawab:

Ibu Lily yang baik. Hidup ini adalah ujian. Bentuknya bisa bermacam-macam. Hadapilah semua itu dengan sabar dan shalat. Mohonlah petunjukNya, atau pilihan terbaik dariNya, dan kekuatan untuk menjalaninya dengan baik.

Saran saya selanjutnya. Coba sampaikan ke suami kisah Abu Darda berikut ini.

Alkisah. Rasulullah Saw pernah mempersaudarakan Salman dan Abu Darda.

Suatu hari, Salman mengunjungi Abu Darda, yang pada saat itu ia bertemu dengan Ummu Darda yang berpakaian kusut. Melihat hal ini, Salman bertanya, “Ada apa gerangan, wahai ummu darda?”

Ummu Darda menjawab, “Saudaramu Abu Darda itu! Apabila malam datang ia shalat. Apabila siang, ia berpuasa. Sepertinya, ia tidak membutuhkan sesuatu dari dunia ini!”

Lalu, datanglah Abu Darda menyambut Salman, dan menyajikan makanan kepada tamunya itu. Salman pun berkata kepada Abu darda, “Makanlah!”

Abu Darda menjawab, “Aku sedang berpuasa,”

Salman berkata, “Aku berikan kepadamu agar kamu berbuka dan aku tidak akan makan sehingga kamu ikut serta makan bersamaku.” Maka, makanlah Abu Darda bersama Salman. Kemudian, Salman menginap di rumah Abu Darda.

Pada saat malam tiba, Abu Darda bermaksud untuk melaksanakan shalat malam. Salman mencegahnya seraya berkata, “Wahai Abu Darda, sesungguhnya badan kamu mempunyai hak atas dirimu. Silakan engkau mengerjakan puasa, akan tetapi berbukalah. Silahkan pula mengerjakan shalat, tapi datangilah pula isterimu! Berikan semua yang mempunyai hak akan hak-haknya!”

Ketika waktu shubuh hampir tiba, Salman berkata, “Jika engkau mau, bangunlah sekarang!” Abu Darda pun beranjak bangun dan kemudian mereka berdua mengambil air wudhu untuk melaksanakan shalat.

Tak lama kemudian, Abu Darda mengadu kepada Rasulullah atas semua yang dilakukan oleh Salman kepadanya. Rasulullah SAW pun berkata kepada Abu Darda, “Wahai Abu Darda, sesungguhnya tubuhmu mempunyai hak atas dirimu. Silahkan engkau mengerjakan puasa, akan tetapi berbukalah. Silahkan pula mengerjakan shalat, tapi datangilah pula isterimu! Berikan semua yang mempunyai hak akan hak-haknya!”

Kisah di atas, mengingatkan para suami untuk memperhatikan hak-hak isteri, diantaranya adalah seksualitas.

Kita semua mengetahui bahwa suami memikul tugas yang berat. Kewajiban menafkahi terkadang sudah cukup melelahkan. Kerja berangkat pagi, pulangnya sore. Terkhusus kondisi seperti ini, sebaiknya melakukan hubungan badan ala puasanya Nabi Daud as. Hari minggu berhubungan badan, senin libur. Selasa jimak, rabu libur. Ini dalam rangka menjaga stamina dan kesehatan tubuh, agar tetap fit dan tidak sakit-sakitan.

(Dipandu langsung oleh Baba Ali Pakar Ketahanan Keluarga, Penulis buku "Harmonis di dunia, bersama di surga")


0 komentar:

Post a Comment