Monday, December 5, 2016

10 Langkah Mewujudkan Ketahanan Keluarga

Relakah keluargamu berantakkan? Sudah barang tentu,jawabannya pasti TIDAK. Iya, kan?

Ketahanan keluarga sudah semestinya menjadi perhatian utama setiap pasangan. Membangun keluarga itu lebih mudah dibandingkan mempertahankannya. Sebab ada banyak paradoks dalam hal ini. Pada realitanya, untuk mendapatkan pasangan yang didambakan setiap orang bersungguh-sungguh. Rela mengorbankan apapun demi mendapatkan yang diimpikan. Artinya, totalitas. Namun, setelah mendapatkan. Kesungguhhan dan totalitas tersebut telah tergantikan secara perlahan-lahan dengan kesibukan meraih hal lainnya, seperti kekayaan, jabatan, ketenaran, dan lain sebagainya. Tidak hanya itu, juga diperparah oleh kebosanan (kejenuhan).

Kesibukan dan kebosanan seiring berjalannya waktu semakin mengikis ketahanan keluarga. Cinta yang terbangun selama ini kian memudar, dan bahkan sampai pada titik nadir terburuk yakni perselingkuhan , dan atau perceraian.

Itulah asbab pentingnya keluarga dipertahankan, alias ketahanan keluarga.

Seseorang yang pengen punya Handphone bagus, maka ia rajin menabung, berhemat, dan mengurangi jatah belanja harian. Bahkan, mimpinya pun terkadang tentang handphone. Setelah keturutan, handphone bagus sudah di tangan, kejenuhan mulai mengusik. Perhatian mulai berkurang, bahkan sering cuek dengan kebersihannya, dan sebagainya. Pernah seperti itu?

Baca Juga: "Ketahanan Keluarga Kunci Terwujudnya Ketahanan Sosial"

Keluarga juga begitu, perlu penjagaan dan perawatan intensif. Setidaknya, ada 10 langkah mewujudkan ketahanan keluarga:

Pertama, KOMITMEN. Perbaruilah komitmen kalian berdua.Komitmen mewujudkan keluarga sakinah mawaddah warahmah.Perjelas kembali orientasi cinta kalian (duniakah atau akhirat kah), visi dan misi keluarga (rezeki yang halal, dakwah, dan amal-amal kebaikan lainnya). Peganglah komitmen tersebut erat-erat.

Kedua, KEILMUAN. Suami Istri wajib mengetahui ilmu berkeluarga yang memadai. Ilmu shalat, puasa, zakat, dan muamalah, perlu dipelajari dan diketahui. Ilmu mengantarkan seseorang untuk beriman yang benar dan beramal yang sesuai dengan tuntunan Nabi saw.

Rasulullah Saw bersabda, "Menuntut ilmu wajib hukumnya bagi kaum muslim dan muslimah." (HR.Bukhari dan Muslim)

Ketiga, KETAATAN. Menikah itu  pada hakikatnya adalah dalam rangka ketaatan kepada Allah Swt. Membentengi diri dari maksiat, dan bahaya fitnah. Sehingga sudah sewajarnya, suami istri saling mendukung untuk semakin ta'at kepadaNya.Salah satu bentuk aktivitas yang bisa dilakukan adalah sebagaimana yang tertuang dalam hadits Nabi Saw berikut ini.

"Allah merahmati seorang suami yang bangun malam lalu shalat lalu membangunkan istrinya, kemudian istrinya juga shalat. Jika istrinya enggan bangun, ia memercikan air ke wajahnya. Allah merahmati seorang istri yang bangun malam, lalu shalat lalu membangunkan suaminya, kemudian suaminya juga shalat. Jika suaminya enggan bangun, ia memercikan air wajahnya."[Ahmad bin Syuaib al-Nasa`î, Sunan al-Nasa`î al-Kubra, no. 1300.]

Keempat, KETULUSAN. Menikah adalah ibadah. Ibadah yang bernilai di sisi Allah adalah yang dikerjakan dengan ikhlas. Keikhlasan atau ketulusan menjadi kunci bernilainya cinta yang terbangun antara suami istri. Hubungan yang tidak dibatasi oleh sekat materi, posisi (jabatan), dan duniawi lainnya. Hubungan yang terbangun tanpa mengharap balasan atau pamrih dari kekasihnya, tapi ia berharap ridho dari Sang Pemberi Cinta yakni Allah Ta'ala.

Kelima, KETELADANAN. Keteladanan dibutuhkan dalam sebuah keluarga yang kuat. Sebab ia berpengaruh dalam membentuk karakter keluarga tersebut. Pasutri perlu memahami bahwa sebuah contoh yang baik lebih berguna dari seribu nasehat.Seorang suami perlu menjadi soko guru dalam hal keteladanan bagi istrinya. Seorang istri perlu memposisikan dirinya sebagai contoh yang baik bagi anak-anaknya.

Keenam, KEINTIMAN. Keintiman (kedekatan) emosional harus dipererat dan dijaga antara suami istri.Tidak boleh ada kejauhan hati yang ditimbulkan oleh kecurigaan, ketidakpercayaan antara suami istri. Kontak bathin itu semestinya selalu dirawat dengan telaten. Jangan ada jarak antara dua hati (suami istri). Bangun keterbukaan. Diantara cara merawat keintiman ini adalah riyadhoh dengan pasangan berdua saja, semisal ke pantai. Contoh lain adalah makan sepiring, tidur satu selimut, dan lain sebagainya..

Ketujuh, KETEGASAN. Tegas berbeda dengan keras. Diantara bentuk tegas adalah pemberian reward kepada pasangan, semisal pujian, pemberian bunga, dan lain sebagainya. Tatkala istri malas shalat, maka ingatkan ia. Nasehati dengan lembut sesegera mungkin. Tatkala suami terjerembab dengan kubangan riba, maka istri wajib mengingatkan bahwa riba itu haram. Keluarga yang berkah akan digapai dengan menjauhkan keluarga dari harta riba.

Baca Pula: "Negara yang Kuat Berawal dari Keluarga yang Kuat"

Kedelapan, KEWAJIBAN. Suami istri perlu memahami tugas (peran) masing-masing. Dalam hal ini suami perlu menjelaskan apa saja tugas istri. Istri perlu menjelaskan apa saja kewajiban suami kepadanya. Tugas tersebut yang tentunya berdasarkan pada SyariatNya. 

Kesembilan, KEJUJURAN. Jujur sumber ketenangan. Istri yang jujur, akan mendapatkan keridhaan suami. Suami yang jujur menjadi sumber ketenangan bagi istrinya. Dengan demikian, keluarga yang sakinah dibangun dengan kejujuran. Tidak ada dusta diantara suami istri.

Kesepuluh, KEUANGAN. Dalam hal keuangan, perlu diperhatikan tiga hal. Pertama, kecukupannya. Sudah mencukupi atau belum. Kalau belum, maka perlu ikhtiar tambahan untuk menambahnya, agar terpenuhi berbagai kebutuhan. Kedua, kehalalannya. Pastikan bahwa uang yang diberikan kepada anak istri adalah uang yang jelas kehalalannya.Ketiga, manajemen pengeluaran. Kebutuhan harus ada prioritasnya, dan pemenuhannya pun perlu manajemen pengeluaran yang jelas. Kata kuncinya adalah cermat dan hemat.

Demikianlah 10 langkah mewujudkan ketahanan keluarga menuju keluarga yang harmonis, dan bahagia.

(Ditulis oleh Baba Ali Pakar Ketahanan Keluarga, Pengasuh Samara Center, dan Penulis buku "harmonis di dunia bersama di surga")

0 komentar:

Post a Comment