Wednesday, December 14, 2016

Cara Menyikapi Istri yang Kegemukan

Pak, teman sekantorku bercerita. Setelah 10 tahun pernikahannya, ia mulai merasakan tidak nyaman bersama istrinya.Temanku itu malu menggandeng istrinya saat ke pesta. Malu mengajak istrinya ikut arisan kantor, atau acara-acara lainya. Sebab, istrinya kegemukkan.

Tambahnya lagi, ia risih dengan wanita gemuk. Bilangnya, tidak cantik sama sekali. Disamping lamban (lelet) dengan berat badan, juga tidak proporsional lagi bila disanding dengan dia (si suami) yang tinggi dan ramping.

Parahnya, si istri  mengabaikan keluhan dia. Bahkan membantah. Menurut istrinya, justru suami bangga punya istri gemuk. Sebab istri yang gemuk, pertanda suaminya bisa membahagiakan istri. Pertanda suami mampu menafkahi keluarganya.

Padahal, Sebagai suami ia sudah meminta berkali-kali agar istrinya ikut program diet. Harapannya kinclong lagi seperti halnya dulu pada tahun-atahun awal pernikahan. Istri yang langsing, cekatan, enak dipandang. Menyenangkan diajak kemana-mana.

Temanku itu kehidupannya termasuk mewah. Karirnya melejit cepat dibanding dengan kami. Beberapa usahanya juga terbilang menggembirakan. Punya anak semata wayang yang masih kecil. Cuma, setahun belakangan ini terlihat kurang bahagia. Kemana-mana ia sendirian. Istrinya kemana-mana juga sendirian.

Mohon pencerahannya, Pak!

( Hamba Allah)

Jawab:

Bapak yang baik, prinsip dalam membangun keluarga sakinah itu ada 3 hal:

Pertama, Prinsip kerjasama yang baik. Dalam hal ini, suami istri perlu membangun sebuah komitmen untuk saling membahagiakan. Dalam buku "harmonis di dunia bersama di surga" dijelaskan bahwa kebahagiaan seorang suami adalah tatkala ia mampu membahagiakan istrinya. Sebaliknya, kebahagiaan seorang istri adalah tatkala ia bisa membahagiakan suaminya.

Ada kolaborasi bagus yang tercipta dalam hal ini, yakni upaya saling membahagiakan. Ada tekad yang kuat, keinginan yang besar, demi membahagiakan orang yang dicintai. Hal apa saja boleh dilakukan demi membahagiakan pasangan kita, asal masih dalam koridor yang dibenarkan dalam syariat Islam.

Teruntuk seorang istri, jikalau tubuh yang melar membuat suami tidak nyaman, maka dietlah. Tidak ada alasan (sekalipun diyakini benar) untuk menolak permintaan suami. Suami adalah tempat baktimu yang diperintahkan oleh Allah SWT. Istri mana saja yang mengaku beriman kepada Allah haram baginya menentang kehendak suami (Selagi itu dalam kebaikan, bukan dalam hal kemaksiatan, istri wajib menaatinya). Maka, dietlah segera karena Allah. Sebab menaati suami adalah perintah Allah atas setiap wanita yang berstatus sebagai istri.

Baca Juga: "Training Ketahanan Keluarga"

Mengenai alasan istri yang gemuk pertanda suaminya mampu membahagiakan istrinya. Ini juga tidak tepat, saya menilai lebih cenderung kepada mitos. Sebab kecukupan rezeki itu juga tidak mesti ditunjukkan dengan tubuh yang melar, melambungnya berat badan. Istri-istri yang tetap ramping, tetap kinclong dengan tubuh yang proporsional apakah berarti suaminya tidak bisa menafkahi? Tidak juga, malah justru sebaliknya. Para pengusaha sukses, konglomerat, mayoritas istrinya langsing-langsing, bukan?

Menurut analis kesehatan, diantara penyebab kegemukan adalah banyak ngemil, pola makan yang tidak teratur, mengkonsumsi karbohidrat secara berlebihan, sedikit olahraga, malas berpikir. Poin-poin diatas justru indikasi seseorang itu tidak produktif.

Kepandaian suami dalam  menafkahi istrinya terjadi juga atas ketetapan rezeki yang telah ditentukan untuknya. Kalau takdirnya sedikit, dapatnya ya sedikit. Kalau takdirnya banyak, dapatnya juga banyak. Besar kecilnya usaha suami hanyalah persyaratan dalam menjemput rezeki. Jadi, tidak ada kaitannya berat badan dengan kemampuan suami dalam menafkahi.

Kedua, perasaan cinta. Menjaga perasaan cinta agar tetap besar atau bahkan semakin membesar merupakan pilar dalam membangun keluarga sakinah. Dengan cinta yang terus tumbuh, maka kesakinahan dalam berumah tangga juga semakin membesar. Cinta yang bagaimana? Itulah cinta yang didasari atas kecintaan sejati yakni cinta pada Allah dan RasulNya. Menjalankan perintahNya, meninggalkan laranganNya, serta menjalankan sunnah NabiNya menjadi pondasi kekuatan cinta dalam mahligai rumah tangga. Teruslah pupuk kecintaan pada Allah dan RasulNya, maka cinta pada pasangan juga semakin kuat dan membesar.

Dengan cinta, ego pribadi mengecil dan emosi terkendali dengan baik. Maka bermodalkan cinta, program diet terasa menyenangkan, tidak memberatkan.

Ketiga, perbaiki hubungan seksual. Jangan dilupakan bahwa syariat pernikahan itu ada karena adanya kebutuhan manusia yang bernama seks. Pernikahan itu sesungguhnya 50% adalah pemenuhan kebutuhan seksual. Itulah makanya disebutkan dalam hadits Nabi saw bahwa menikah itu sama dengan menunaikan separuh agama. Separuh yang lainnya berupa ibadah, kesabaran, kesetiaan, kerja keras, silaturahmi, dan lain sebagainya.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu,  ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertakwalah pada Allah pada separuh yang lainnya.” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah no. 625)


Teruntuk para suami, ingatlah nasehat Rasulullah berikut ini:
“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya di antara mereka. Dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istri-istrinya.” (HR. Ahmad)

Selaras dengan ini, Allah SWT juga berfirman: "Dan bergaullah dengan mereka (dengan istri-istrimu) secara makruf".( QS Annisa: 19)

Dalam hal ini, agar si istri mau mengubah penampilannya, maka lakukanlah beberapa langkah berikut ini:

1) Dengan cara yang baik, minta ia membaca penjelasan ini.
2) Tetap memperlakukannya dengan baik dan penuh kasih sayang.
3) Ajaklah ia menghadiri kajian-kajian agama, ketahanan keluarga dan pembahasan fiqih lainnya.
4) Belikan ia buku-buku agama dan panduan istri shalihah.
5) Do'akan ia semoga Allah memberinya hidayah.
6) Bersabarlah
7) Tawakkal padaNya. Serahkan masalahmu padaNya Yang Maha Kuasa.


Wallahu alam bisshowab!

(Dipandu oleh Baba Ali Pakar Ketahanan Keluarga, Pengasuh Samara Center, dan penulis buku "harmonis di dunia bersama di surga")


0 komentar:

Post a Comment