Wednesday, April 18, 2018

Rihlah Ukhuwah ANTI SELINGKUH ANTI CERAI

Rihlah Ukhuwah ANTI SELINGKUH ANTI CERAI berlangsung pada 14-15 April2018 di Bandengan, Jepara, Jawa Tengah.









Buku Fenomenal yang Berjudul Anti Selingkuh Anti Cerai

Spesifikasi Buku :

- Judul          : ANTI SELINGKUH ANTI CERAI
- Penulis       : Ali Margosim Martas
- Penerbit     : Soega Publish
- Harga        : 50Rb
- Tebal         : 160 hlm



Untuk pemesanan, hubungi Bu Disa 0856-4021-7412 (WA Only)

Tuesday, September 26, 2017

Merengkuh Cinta Dalam Buaian Pena

Saya tak pernah berjumpa Buya Hamka. Sebab saat beliau meninggal, saya masih balita. Tapi  saya akui dengan sejujurnya, bahwa beliau turut andil membentuk kedirian saya. Dan, mencetak jutaan insan muda berpikiran jernih di berbagai belahan dunia tanpa harus bertatap muka. Kok bisa,ya?

Buya Hamka hanya mengenyam pendidikan sampai kelas 2 Madrasah Tsanawiyah (MtsN), tapi sejarah mencatat bahwa beliau bergelar Profesor Doktor. Bahkan beliau meraih tiga gelar Doktor Honoris Causa murni.  Gelar Doktor dari Al Azhar University, University Kebangkitan Malaysia (UKM), dan Universitas Soetomo Mengaji. DR (HC) yang murni atas kapabilitas dan kredibilitas yang mumpuni, bukan sekedar basa-basi apalagi siasat politik. Bukan pencitraan dan sensasi. Kok bisa, ya?

Sampai detik ini, nama HAMKA diabadikan diberbagai perpustakaan kampus belahan dunia, namanya disebut diberbagai forum diskusi, seminar, simposium, ujian skripsi hingga disertasi. Namanya mengharumkan Indonesia di kancah dunia, melesatkan harkat dan martabat bangsa. Kok bisa, ya?

Adam Malik hanya mengikuti pendidikan formal hingga kelas tiga SD di Pematang Siantar, walaupun demikian sejarah mencatat bahwa ia pernah menjadi menteri berkali-kali. Menteri luar negeri, wakil Perdana Menteri, hingga Wakil Presiden RI. Bahkan di kancah internasional, ia pernah menjabat sebagai Ketua Majelis Umum ke-26 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Kok bisa ya lulusan SD menempati posisi sementereng itu?

Semua fakta di atas jawabannya sama, bahwa mereka semua menulis. Buya Hamka seorang penulis ulung. Multitalenta. Lewat tekun membaca buku, ia mampu menguasai berbagai disiplin ilmu. Mulai dari Bahasa dan Sastra, Sejarah, Fiqh Islam, Dakwah, hingga Tafsir.

Sementara Datuk Adam Malik mengawali profesi menulisnya dengan pelajaran mengarang cerita. Ya, mengarang cerita. Pelajaran yang paling menyenangkan bagi yang suka berimajinasi. Beliau paham betul perkataan Albert Einsten, “Imagination is important than knowledge.”

Lihat sejenak biograpi R.A Kartini. Beliau dikenal bukan karena keberaniaannya, dan juga bukan sebab perjuangannya yang menakjubkan. Sebagaimana halnya Cut Malahayati, Panglima Perang Angkatan Laut Wanita pertama di dunia. Juga bukan seperti Bundo Rahmah El Yunusiah yang memiliki jaringan sekolah islam putri terbesar se-nusantara seketika itu.

R.A Kartini tidak seheroik mereka, juga bukan setangguh mereka. Bahkan R.A Kartini juga tidak pas dikatakan sebagai sosok pejuang emansipasi wanita. Kenapa? Sebab R.A Kartini adalah sebagaimana wanita jawa pada umumnya, lembut, dan penurut. R.A Kartini sendiri juga tidak setuju dengan konsep emansipasi. Terbukti, saat ia menerima pinangan Bupati Rembang KRM Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat dengan sukarela sebagai istri keempat. Selanjutnya, R.A Kartini menjaga tradisi luhur berpakaian perempuan Jawa. Berpakaian sopan. Ia menjaga diri dari pergaulan bebas, bahkan untuk keluar rumah sendirian pun ia tidak pernah. Selalu saja, ada teman sebaya yang menemaninya.

Lalu, hal apa yang membuat R.A Kartini lebih unggul dibanding pejuang-pejuang wanita lainnya? Adalah pemikirannya yang cemerlang yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Ya, R.A Kartini menulis, sementara yang lain tidak.  

Saudaraku, dari kesemua prestise tersebut ada yang paling berharga. Saking berharganya, ia bisa menjadi pemberat timbangan kebaikan kita kelak pada saat yamul mizan (hari penimbangan amal). Ia bahkan bisa menjadi asbab kita layak meraih JannahNya. Apakah itu? Ia adalah amal jariyah, dan ilmu yang bermanfaat.
Kita tentu ingat sabda Nabi Saw, “Jika anak adam meninggal dunia, maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga perkara yaitu sedekah jariyah (amal jariyah), ilmu yang bermanfaat, do’a anak yang shaleh.” (HR.Muslim no.1631)

Nah dalam hal ini, seorang penulis insyaAllah mendapatkan poin pertama (amal jariyah) dan poin kedua (ilmu yang bermanfaat).

Selain itu, masih hangat di benak saya nasehat Hadratus Syaikh Muhammad Al Ghazali. Beliau merupakan gurunya Syaikh Yusuf Al Qaradhawi (Ketua Persatuan Ulama Internasional). Tak hanya itu, beliau juga menjadi rujukan Ikhwan di Mesir. Tempat bertanya dan meminta fatwa dari para masayikh, termasuk Syaikh Hasan Hudhaibi. Apa kata Syaikh Muhammad Al Ghazali rahimahullah ta’ala? Beliau berkata, “Dalam hidup ini hanya ada dua pilihan. Mereka yang menciptakan dan menyebarkan fikroh (pemikiran), atau mereka yang dipaksa bersimpuh mengikuti sebuah fikroh. Maka sebaik-baik di antara kalian adalah yang menjadi bagian  dalam menciptakan dan menyebarkan fikroh itu sendiri.”

Saudaraku, dakwah ini membutuhkan karya-karyamu, agar ia membumi. Berhembus semilir menyejukan akal-akal yang gersang dan membasahi hati-hati yang tandus. Menulislah, menulislah, dan teruslah menulis hingga kematian menjemputmu. Kuburmu terang benderang sebab karya-karyamu mencerahkan orang. Engkau dibangkitkan dengan naungan lembaran-lembaran karyamu. Dan masuk surgaNya, sebab tulisan-tulisanmu yang diberkahiNya.

Wallahu alam bisshowab!!!

(Ditulis oleh Ust Baba Ali, Pegiat Literasi Rakyat, Pengasuh SAMARA CENTER)

Monday, September 25, 2017

Hadits Hadits Pernikahan

“Nikah itu sunnahku, barangsiapa yang tidak suka, bukan golonganku” (HR. Ibnu Majah, dari Aisyah r.a.)

“Empat macam diantara sunnah-sunnah para Rasul yaitu : berkasih sayang, memakai wewangian, bersiwak dan menikah” (HR. Tirmidzi)

“Janganlah seorang laki-laki berdua-duan (khalwat) dengan seorang perempuan, karena pihak ketiga adalah syaithan” (Al Hadits)

“Wahai para pemuda, siapa saja diantara kalian yang telah mampu untuk kawin, maka hendaklah dia menikah. Karena dengan menikah itu lebih dapat menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Dan barang siapa yang belum mampu, maka hendaklah dia berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu bisa menjadi perisai baginya” (HR. Bukhori-Muslim)

“Janganlah seorang laki-laki dan wanita berkhalwat, sebab syaithan menemaninya. Janganlah salah seorang di antara kita berkhalwat, kecuali wanita itu disertai mahramnya” (HR. Imam Bukhari dan Iman Muslim dari Abdullah Ibnu Abbas ra).

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah tidak melakukan khalwat dengan seorang wanita yang tidak disertai mahramnya, karena sesungguhnya yang ketiga adalah syetan” (Al Hadits)

“Dunia ini dijadikan Allah penuh perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan hidup adalah istri yang sholihah” (HR. Muslim)

“Jika datang (melamar) kepadamu orang yang engkau senangi agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia (dengan putrimu). Jika kamu tidak menerima (lamaran)-nya niscaya terjadi malapetaka di bumi dan kerusakan yang luas” (H.R. At-Turmidzi)

“Barang siapa yang diberi istri yang sholihah oleh Allah, berarti telah ditolong oleh-Nya pada separuh agamanya. Oleh karena itu, hendaknya ia bertaqwa pada separuh yang lain” (Al Hadits)

“Jadilah istri yang terbaik. Sebaik-baiknya istri, apabila dipandang suaminya menyenangkan, bila diperintah ia taat, bila suami tidak ada, ia jaga harta suaminya dan ia jaga kehormatan dirinya” (Al Hadits)

“Wahai generasi muda ! Bila diantaramu sudah mampu menikah hendaklah ia nikah, karena mata akan lebih terjaga, kemaluan akan lebih terpelihara” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud)

“Kawinlah dengan wanita yang mencintaimu dan yang mampu beranak. Sesungguhnya aku akan membanggakan kamu sebagai umat yang terbanyak” (HR. Abu Dawud)

“Saling menikahlah kamu, saling membuat keturunanlah kamu, dan perbanyaklah (keturunan). Sesungguhnya aku bangga dengan banyaknya jumlahmu di tengah umat yang lain” (HR. Abdurrazak dan Baihaqi)

“Seburuk-buruk kalian, adalah yang tidak menikah, dan sehina-hina mayat kalian, adalah yang tidak menikah” (HR. Bukhari)

“Diantara kamu semua yang paling buruk adalah yang hidup membujang, dan kematian kamu semua yang paling hina adalah kematian orang yang memilih hidup membujang” (HR. Abu Ya¡¦la dan Thabrani)


“Rasulullah SAW bersabda : Kawinkanlah orang-orang yang masih sendirian diantaramu. Sesungguhnya, Allah akan memperbaiki akhlak, meluaskan rezeki, dan menambah keluhuran mereka” (Al Hadits)

“Barangsiapa yang menikahkan (putrinya) karena silau akan kekayaan lelaki meskipun buruk agama dan akhlaknya, maka tidak akan pernah pernikahan itu dibarakahi-Nya, Siapa yang menikahi seorang wanita karena kedudukannya, Allah akan menambahkan kehinaan kepadanya, Siapa yang menikahinya karena kekayaan, Allah hanya akan memberinya kemiskinan, Siapa yang menikahi wanita karena bagus nasabnya, Allah akan menambahkan kerendahan padanya, Namun siapa yang menikah hanya karena ingin menjaga pandangan dan nafsunya atau karena ingin mempererat kasih sayang, Allah senantiasa memberi barakah dan menambah kebarakahan itu padanya” (HR. Thabrani)

“Janganlah kamu menikahi wanita karena kecantikannya, mungkin saja kecantikan itu membuatmu hina. Jangan kamu menikahi wanita karena harta / tahtanya mungkin saja harta / tahtanya membuatmu melampaui batas. Akan tetapi nikahilah wanita karena agamanya. Sebab, seorang budak wanita yang shaleh, meskipun buruk wajahnya adalah lebih utama” (HR. Ibnu Majah)

“Dari Jabir r.a., Sesungguhnya Nabi SAW. telah bersabda : Sesungguhnya perempuan itu dinikahi orang karena agamanya, kedudukan, hartanya, dan kecantikannya ; maka pilihlah yang beragama” (HR. Muslim dan Tirmidzi)

“Wanita yang paling agung barakahnya, adalah yang paling ringan maharnya” (HR. Ahmad, Al Hakim, Al Baihaqi dengan sanad yang shahih)

“Jangan mempermahal nilai mahar. Sesungguhnya kalau lelaki itu mulia di dunia dan takwa di sisi Allah, maka Rasulullah sendiri yang akan menjadi wali pernikahannya.” (HR. Ashhabus Sunan)

“Sesungguhnya berkah nikah yang besar ialah yang sederhana belanjanya (maharnya)” (HR. Ahmad)

“Dari Anas, dia berkata : ” Abu Thalhah menikahi Ummu Sulaim dengan mahar berupa keIslamannya” (Ditakhrij dari An Nasa’i)

“Adakanlah perayaan sekalipun hanya memotong seekor kambing.” (HR. Bukhari dan Muslim)

“Tiga golongan yang berhak ditolong oleh Allah : a. Orang yang berjihad / berperang di jalan Allah. b. Budak yang menebus dirinya dari tuannya. c. Pemuda / i yang menikah karena mau menjauhkan dirinya dari yang haram” (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Hakim)


Dari Abu Hurairah ra., Nabi saw. bersabda : “Allah enggan untuk tidak memberi rezeki kepada hamba-Nya yang beriman, melainkan pasti diberinya dengan cara yang tak terhingga.” (HR. Al-Faryabi dan Baihaqi)

Dari Jabir ra., ia berkata : “Nabi saw. bersabda : ‘Ada tiga hal bila orang melakukannya dengan penuh keyakinan kepada Allah dan mengharapkan pahala-Nya, Allah ta’ala mewajibkan diri-Nya untuk membantunya dan memberinya berkah. Orang yang berusaha memerdekakan budak karena imannya kepada Allah dan mengharapkan pahala-Nya, maka Allah ta’ala mewajibkan diri-Nya membantunya dan memberinya berkah. Orang yang menikah karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala-Nya, maka Allah ta’ala mewajibkan diri-Nya membantunya dan memberinya berkah …..’” (HR. Thabarani).

Dari Jabir ra., ia berkata : “Nabi saw. bersabda : ‘Tiga golongan yang berhak mendapatkan pertolongan dari Allah ta’ala, yaitu : seorang budak yang berjanji menebus dirinya dari majikannya dengan penuh iman kepada Allah ta’ala, maka Allah ta’ala mewajibkan diri-Nya untuk membelanya dan membantunya; seorang lelaki yang menikah guna menjauhkan diri dari hal-hal yang diharamkan Allah (zina), maka Allah mewajibkan diri-Nya untuk membantunya dan memberinya rezeki …..’.” (HR. Dailami)

“Carilah oleh kalian rezeki dalam pernikahan (dalam kehidupan berkeluarga).” (HR Imam Ad-Dailami dalam Musnad Al-Firdaus).

“Dua rakaat yang dilakukan orang yang sudah berkeluarga lebih baik dari tujuh puluh rakaat shalat sunah yang dilakukan orang yang belum berkeluarga.” (HR. Ibnu Adiy dari Abu Hurairah)

“Sesungguhnya ketika seorang suami memperhatikan istrinya dan istrinya memperhatikan suaminya,” kata Nabi Saw menjelaskan, “maka Allah memperhatikan mereka berdua dengan perhatian penuh Rahmat. Manakala suaminya merengkuh telapak tangannya (diremas-remas), maka berguguranlah dosa-dosa suami istri itu dari sela-sela jari jemarinya.” (Diriwayatkan Maisarah bin Ali dari Ar-Rafi dari Abu Sa’id Al-Khudzri r.a)

“Apabila seorang hamba telah berkeluarga, berarti dia telah menyempurnakan setengah dari agamanya maka takutlah kepada Allah terhadap setengahnya yang lainnya.” (HR At-Thabrani)

(Diambil dari materi kajian Ust Baba Ali, Pengasuh Samara Center, Praktisi Ketahanan Keluarga)

Ayat Ayat Pernikahan

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir” (QS.Ar-Ruum : 21)

“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. JIKA MEREKA MISKIN ALLAH AKAN MENGKAYAKAN MEREKA DENGAN KARUNIANYA. Dan Allah Maha Luas (pemberianNya) dan Maha Mengetahui.” (QS.An Nuur : 32)

“Dan segala sesuatu kami jadikan berpasang-pasangan, supaya kamu mengingat kebesaran Allah” (QS.Adz Dzariyaat : 49)

“Janganlah kalian mendekati zina, karena zina itu perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk” (QS.Al-Isra : 32)

“Dialah yang menciptakan kalian dari satu orang, kemudian darinya Dia menciptakan istrinya, agar menjadi cocok dan tenteram kepadanya” (QS.Al-A’raf :189)

“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)” (QS.An-Nur : 26)

“Berikanlah mahar (mas kawin) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan” ( QS.An Nisaa : 4)

(Diambil dari materi kajian Ust Baba Ali, Pengasuh Samara Center, Praktisi Ketahanan Keluarga)

Saturday, September 9, 2017

Seni Mendidik Anak ala Nabi Ibrahim

Harum namanya sepanjang masa. Ketangguhan imannya teruji, kesalehannya dikenang sepanjang masa. Bahkan setiap hari semua muslim di dunia menyebut namanya dalam bacaan tahiyat akhir shalat.

Kama shallaita ‘alaa sayyidina ibrahim wa ‘ala ali sayyidina ibrahim. Kama barakta ‘alaa sayyidina ibrahim wa ‘ala ali sayyidina ibrahim.

Dialah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Ini sesuai dengan janji Allah SWT, sebagaimana yang tertuang dalam Al Qur’anul kariim.

“Dan kami abadikan untuk ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian.” (QS As Saaffaat: 108)

Setiap tahun, sepertiga umat manusia mengenang keteladanannya lewat syariat ibadah qurban (Iedhul Adha). Keteladanannya tak pernah usai, syahdu di dengar, indah di pelupuk jiwa, berfaedah dikaji, dan selalu menarik untuk dibicarakan. Di antara uswah dan qudwah (keteladanan) tersebut adalah sukses dalam mendidik anak.

Sukses yang seperti apa? Sukses membentuk anak yang shalih. Anak yang kokoh aqidahnya, tangguh keimanannya, indah akhlaknya, dan patuh pada orangtua. Anak itu bernama Isma’il ‘alaihis salam. Ia memiliki keta’atan total kepada Allah SWT, dan bakti penuh kepada orangtua.

Hal ini terbukti saat Sang Ayah (Nabi Ibrahim) berkata kepadanya, “Wahai anakku, sesungguhnya aku melihatmu dalam mimpiku bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu.” (QS. As Saafaat: 102)

Kalimat “Annii Azbahuka” bermakna “Aku Menyembelimu”. Adakah seorang anak yang siap mendengarkan kalimat tersebut, padahal baru tiga hari bertemu dengan ayahnya? Sebelumnya, tujuh tahun berlalu dari usianya saat itu ia hanya mengenal sang ibu. Ia tidak pernah melihat wajah ayahnya, bermanjaan dengan ayahnya. Isma’il kecil hanya mengenal ibunya, apa-apa dengan ibu, ibu lagi, dan ibu lagi. Lalu, dengan ayah yang baru berjumpa tiga hari tiba-tiba mengatakan “Wahai anakku, sesungguhnya aku melihatmu dalam mimpiku bahwa aku menyembelihmu.”

Isma’il kecil menjawab, “Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang telah diperintahkan Allah atasmu. Maka engkau akan mendapatiku atas izin Allah termasuk orang yang sabar.”

Saya pessimis, untuk zaman seperti ini, akan ada anak yang menjawab sehebat jawaban di atas. Termasuk anak-anak saya juga tidak bisa. Bahkan, saya sendiri pun sebagai anak, juga tidak siap. Kelasnya berbeda. Kualitas keimanannya jauh berbeda. Kerikil dengan mutiara memang tak bisa disandingkan. Kira-kira seperti itulah perbandingan antara keluarga kita dengan keluarga mulia Nabiyullah Ibrahim ‘alaihis salam. Yang bisa kita lakukan adalah belajar memantaskan diri untuk terus lebih baik. Dalam hal ini berlaku ka’idah “Laa yukallipullaha nafsan illa wus’ahaa”. Allah tidak membebani hambaNya melainkan sesuai kesanggupannya. Dia Maha Mengetahui bahwa hamba-hambaNya yang akan datang tidak akan mampu menunaikan syariatNya yang itu, sehingga digantilah sembelihan qurban dengan binatang ternak.

Isma’il kecil mengajarkan kepada seluruh anak di dunia tentang dua hal. Pertama, akidah yang tangguh “tak lekang karena panas, tak lapuk karena hujan”. Kedua, kepatuhan total pada orangtua dalam ketaatan kepada Allah SWT. Ia siap mengorbankan apa saja demi bakti kepada orangtua. Artinya, jangankan tetek bengek duniawi, nyawanya saja siap ia berikan demi bakti kepada orangtua.

Bagaimana bisa anak sehebat Isma’il bisa ada di muka bumi ini, kalau bukan lewat penempaan yang luar biasa dari ayah dan ibunya? Iya, semua torehan sejarah bermula dari perjuangan Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Bagaimanakah Ibrahim mendidik Isma’il menjadi anak yang shalih?

Pertama, istri wajib shalihah. Mendidik anak bukan sejak usia dini, tetapi semenjak seorang lelaki memilih calon istri. Para petani memahami betul bahwa tanah yang subur memberikan hasil panen yang membanggakan. Para buruh mengerti sekali bahwa mesin yang bagus menghasilkan produk yang berkualitas.

Senada dengan hal itu semua, bahwa anak yang shalih hanya ada dalam dekapan cinta seorang ibu yang shalihah. Anak itu lahir, tumbuh, dan besar dalam pancaran cahaya tauhid dan semaian kasih sayang seorang ibu shalihah.

Ibrahim ‘alaihis salam lahir dan besar dalam perawatan seorang ibu yang shalihah, bernama Umayla. Walaupun ayahnya, Azar, seorang yang kafir ‘ala kufur (pembuat patung sekaligus penyembah patung). Anaknya tetap shalih (malah seorang Nabi), sebab ibunya shalihah.

Utbah, Utaybah, dan Mutaib. Mereka menolak islam, memusuhi kaum muslimin. Mereka dilahirkan dan dibesarkan oleh seorang wanita penyembah berhala, bernama Ummu Jamil.

Apa persamaan antara Ibrahim muda dengan ketiga putra Abu Lahab di atas? Ayah mereka sama-sama kafir, tetapi ibunya berbeda. Utbah bersaudara dibesarkan oleh ibu yang kafir, sementara ibrahim dididik oleh ibu yang shalihah di zamannya.

Sulaiman bin Daud ‘alaihis salam, lahir dan dibesarkan oleh seorang ibu yang shalihah, bernama Mikyal. Isa ‘alaihis salam lahir dari seorang perawan suci yang menghabiskan waktunya dalam keta’atan, yakni Siti Maryam. Musa ‘alaihis salam lahir dari seorang ibu yang ta’at kepada Allah SWT, yakni Yukabad. Muhammad Saw lahir dari seorang ibu yang suci. Suci dari kemusyrikan. Seumur hidup tak pernah menyembah berhala latta—uzza—manat—huber. Dialah Siti Aminah.

Sementara Kan’an, putra Nabi Nuh ‘alaihis salam, lahir dan dibesarkan oleh seorang ibu yang mengingkari ajaran tauhid yang dibawa oleh suaminya. Ia bernama Wali’ah. Alhasil, Kan’an pun ikut menjadi anak yang durhaka, dan kufur kepada Allah SWT.

Kedua putri Nabi Luth, Raitsa dan Zaghrata, juga tidak mengimani ajaran tauhid yang diserukan oleh ayahnya. Ia lahir dan dibesarkan oleh seorang ibu yang mengingkari ajaran suaminya. Wanita itu bernama Walihah.

Beberapa fakta sejarah diatas mengajarkan kepada kita semua bahwa kesalehan seorang anak ditentukan oleh keshalihaan ibunya. Lalu bagaimana dengan ibunya Isma’l ‘alaihis salam? Siti Hajar dididik langsung oleh sang khailullah, Ibrahim ‘alaihis salam. Ibrahim ‘alaihis salam mentarbiyah istrinya sampai derajad mumtaz.

Setelah keimanannya kuat, wawasan ketauhidan sang istri luas, barulah turun perintah dari Allah SWT kepada Nabi Ibrahim ‘alaihis salam meninggalkan Siti Hajar bersama bayinya dekat Baitullah, Makkah al mukarromah. Sejak usia tiga bulan hingga tujuh tahun, Isma’il diasuh dan dididik oleh seorang ibu hebat bernama Siti Hajar. Tinta sejarah mengabadikan bahwa Siti Hajar merupakan wanita urutan kedua paling tangguh di dunia, setelah Siti Asiyah—istri fir’aun.

Bersambung...!

(Ditulis Oleh Ust Baba Ali, Pengasuh SAMARA CENTER, Praktisi Parenting, Pegiat Literasi Rakyat)

Wednesday, August 30, 2017

Keluarga Yang Menakjubkan

Apa makna dari perintah Allah SWT yang memerintahkan Nabiyullah Ibrahim ‘alaihis salam untuk menyembelih putranya Isma’il ‘alaihis salam?

Makna pertama adalah ujian keimanan. Keimanan Nabiyullah Ibrahim ‘alaihis salam sebagai seorang ayah dipertaruhkan di sini. Antara perintah Allah SWT dengan perasaan kasih sayang terhadap anak benar-benar diuji. Ini pilihan terberat bagi siapa saja, dan tak jarang yang gagal melewatinya sebab iman tak bersemayam di dada. Namun, bila iman menjadi panglima dalam jiwa, seberat apapun ujian tetap bisa dijalani dengan baik.

Ujian yang tak ringan. Bagaimana tidak. Isma’il ‘alaihis salam adalah anak semata wayangnya. Harta yang paling dicintai oleh Nabiyullah Ibrahim ‘alaihis salam, dan istrinya Siti Hajar. Dikala usianya tujuh tahunan, Isma’il adalah anak yang lagi tampan-tampannya, lagi disayang-sayangnya. Ta’at beribadah, patuh pada orangtua, dan cerdas. Ia menjadi hiasan mata, penyejuk jiwa kedua orangtuanya.

Butuh waktu 86 tahun, Sang Ayah menanti kehadirannya. Selama itu pulalah, beliau Nabiyullah Ibrahim ‘alaihis salam tak henti-hentinya berdo’a penuh khusyuk, meminta kepada Allah SWT penuh harap. Lantunan do’a, “Rabbi habli minasshalihin,” (Ya Allah, karuniailah aku anak yang shalih) menghiasi waktunya di setiap pagi, petang, dan malam.

Sekarang, anak semata wayang itu diminta untuk disembelih. Tanpa iman, amat mustahil perintah ini dita’ati. Dan, bisa jadi di dunia ini hanya Ibrahim-lah satu-satunya manusia yang lulus melewati ujian ini, berkat keimanannya yang kuat kepada Allah SWT.

Allah berfirman, “Apakah manusia mengira bahwa ia akan dibiarkan begitu saja berkata ‘kami telah beriman’, padahal mereka belum diuji?” (QS Al Ankabut: 2)

Ayat di atas menjelaskan bahwa mereka yang beriman adalah mereka yang telah melewati ujian sedemikian rupa dari Allah SWT. Beratnya ujian pertanda besarnya keimanan yang menyelimuti diri seseorang.
Iman membimbing manusia untuk bersungguh-sungguh dalam beramal shalih (Jihad), dan kokoh dalam kesabaran. Dua hal ini menjadi modal bagi setiap muslim guna meraih jannah-Nya. Tanpa kedua hal tersebut, maka surga hanyalah mimpi indah di siang bolong.

Sebagaimana Allah berfirman, “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah siapa diantaramu yang telah berjihad, dan siapa yang bersabar.” (QS.Al Baqarah: 214)
Makna kedua; Ujian kepatuhan kepada orangtua. Pada bab ini, ada rahasia parenting nabawiyah yang mesti kita miliki ilmunya. InsyaAllah akan saya bahas pada judul “Agar Isma’il-Isma’il Baru Hadir di Rumahmu.”
Kepatuhan yang dimaksud begitu tampak terang pada dialog sang ayah (Nabi Ibrahim as) dengan putra kesayangannya (Isma’il ‘alaihis salam). Lihat QS. As Saaffaat : 102)

“...(Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku melihatmu dalam mimpiku bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu.

“...Dia (Isma’il) menjawab, “Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang telah diperintahkan Allah atasmu. Maka engkau akan mendapatiku atas izin Allah termasuk orang yang sabar.”

Ayah mana yang tak akan takjub dengan kepatuhan seorang putra yang seperti itu. Tuturnya lebih indah dari kuncup bunga yang bermekaran. Lebih manis dari madu. Lebih bening dari embun yang berjatuhan pada dedaunan. Lebih sejuk dari segelas es tawar di tengah teriknya mentari siang.

Jawaban si Isma’il kecil menunjukkan keshalihan dirinya yang luar biasa. Pada usianya yang masih belia, ia sudah memiliki aqidah yang kuat, dan kepatuhan total pada orangtua. Hasil yang menakjubkan seperti ini tak didapat tanpa kesungguh-sungguhan dari seorang ibu yang bernama Hajar. Isma’il yang menakjubkan ini adalah mahakarya  seorang ibu yang bernama Siti Hajar.

Wallahu alam bisshowab!

(Ditulis oleh Ust Baba Ali, Pengasuh SAMARA CENTER)

Tuesday, August 22, 2017

Bolehkah Seorang Muslim Berobat Ke Rumah Sakit Non Muslim?

Orang-orang yang beriman satu sama lain senantiasa tolong-menolong di dunia, dalam kebaikan dan keta’atan. Dan kelak di akhirat, mereka juga tolong menolong dalam rangka memasuki surgaNya Allah SWT. Ringan-meringankan, bantu-membantu, sukses –menyukseskan, baik dalam urusan pekerjaan—bisnis—dan permasalahan hidup. Loyalitas ini (al wala’ wal bara’) menjadi sebab turunnya rahmat Allah di dunia dan di akhirat. Tanpa loyalitas ini, pertanda rusaknya keimanan seseorang di sisi Allah SWT.

Allah berfirman, “Dan para lelaki yang beriman serta para perempuan yang beriman, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) hal yang ma’ruf, mencegah dari hal yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah serta Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha bijaksana.” (QS. At-Taubah: 71)

Hal apa yang membuat orang-orang beriman saling tolong-menolong, dan berkasih sayang satu sama lain? Adalah aqidah yang sama, tauhidnya sama, yakni bikalimatillah “Laa ilaaha illallah”. Tidak ada Tuhan selain Allah.

Allah SWT berfirman, “Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang itu adalah bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, atau keluarga mereka.” (QS. Al-Mujadilah: 22)

Ayat di atas menerangkan bahwa orang-orang yang beriman tak akan pernah berkasih sayang dengan orang-orang kafir. Sebab, antara keimanan dengan kekafiran adalah dua hal yang bertolak belakang satu sama lain. Orang yang beriman memuliakan Allah, sementara orang kafir menentang Allah SWT. Artinya tatkala ada orang yang mengaku beriman, sementara ia loyal kepada orang kafir, itu pertanda bahwa ia munafik. Orang munafik tidak beriman. Tidak beriman tempatnya di neraka, kekal selama-lamanya.

Berkaitan dengan kesehatan, tak jarang orang bersedia melakukan apa saja demi hidup sehat. Banyak orang rela menghabiskan semua harta yang telah dikumpulkan sebelumnya, demi kembali hidup sehat. Dan bahkan berani melanggar ketentuan Tuhan, dan mengabaikan petunjukNya demi bisa sehat kembali.

Rasulullah Saw bersabda, “Ada dua nikmat yang seringkali memperdaya kebanyakan manusia, yaitu nikmat kesehatan dan nikmat kelapangan waktu.” (HR. Bukhari)

Prahara kesehatan inilah yang membuat banyak orang tertipu. Mereka mendatangi dokter non muslim setiap kali ada keluhan kesehatan. Mereka berobat ke rumah sakit non muslim tanpa ada beban sedikitpun. Semisal ke RS Elizab*t, RS Mardhirah*yu, RS Silo*m, dan lainnya. Tidak sedikit pula yang sampai menghembuskan nafas terakhirnya di sana. Na’udzubillah min dzalik!

Pertanyaannya, bolehkah seorang muslim berobat ke dokter non muslim? Bolehkah seorang muslim berobat ke rumah sakit non muslim?

Seorang muslim boleh berobat ke dokter non muslim dengan syarat di daerah tersebut tidak ada dokter muslim. Kalau masih ada dokter muslim dengan spesialisasi yang sama, maka haram hukumnya berobat ke dokter kafir.

Syekh Ibnu Muflih dalam kitab "Al Adab Asy-Syar'iyyah" menjelaskan tidak diperkenankan berobat pada non muslim selama masih ada orang islam yang mampu melakukan pengobatan tersebut.

Syekh Ibnu Hajar Al Haitami saat ditanya tentang hukumnya berobat kepada orang kafir, beliau menjawab : " Diperbolehkan bagi seorang muslim untuk berobat kepada orang kafir, meskipun itu kafir harbi, seperti diperbolehkannya bersedekah kepada orang kafir, namun kebolehan berobat kepada non muslim tersebut jika memang tak ada orang islam yang mampu menggantikan posisinya, bisa dipercaya dan tidak dikhawatirkan akan mendatangkan bahaya.”

Lalu, bagaimana pula hukumnya berobat ke rumah sakit non muslim? Boleh berobat ke rumah sakit non muslim dengan syarat di daerah tersebut (Kabupaten/Kota setempat) tidak ada Rumah Sakit Islam (RSI) atau Rumah Sakit Pemerintah (RSUP/RSUD). Kalau tidak berobat di sana, dikhawatirkan akan meninggal. Artinya, kebolehan seorang muslim berobat ke rumah sakit non muslim hanyalah berlaku saat darurat (terpaksa).

Sebagaimana firman Allah, “Allah telah menerangkan kepadamu apa-apa yang Ia telah haramkan atas kamu, kecuali kamu dalam keadaan terpaksa." (QS.al-An'am: 119)

Dan di ayat lain, setelah Allah menyebut tentang haramnya bangkai, darah dan sebagainya kemudian diikutinya dengan mengatakan:"Barangsiapa terpaksa dengan tidak sengaja dan tidak melewati batas, maka tidak ada dosa atasnya, karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Belas-kasih." (QS.al-Baqarah: 173)

Namun kalau di daerah setempat ada RSI atau RSUP/RSUD, maka berobat ke RS non muslim dihukum haram.

Kenapa diharamkan? Berikut penyebabnya:

Pertama, Allah melarang orang-orang yang beriman menjadikan orang-orang kafir sebagai walinya (teman dekat, orang kepercayaan, pemimpin) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Haram hukumnya bagi seorang muslim memilih orang kafir (anti “Laa ilaaha illallah”) sebagai orang kepercayaan dalam hal penanganan penyakitnya, dan mengabaikan dokter-dokter muslim lainnya yang juga berkompeten dalam menangani kasus yang sama.

Allah berfirman, “Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali (orang kepercayaan) dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Hanya kepada Allah kembali-(mu).” (QS. Ali Imran: 28)

Dalam ayat lain, Allah terangkan kenapa dilarang menjadikan orang kafir sebagai orang kepercayaan. Alasannya, sebab orang-orang kafir memiliki ‘hidden agenda’ untuk membuat orang muslim menjadi kafir sesudah beriman. Mereka memiliki 1001 siasat untuk memuluskan rencananya tersebut.

Sebagaimana Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab (yahudi dan nasrani), niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman.“ (QS. Ali Imran : 100).

Kenapa mereka bersiasat agar orang muslim menjadi kafir sesudah beriman? Sebab adanya kebencian mereka terhadap orang-orang muslim, dan keinginan kuat mereka agar orang-orang islam murtad. Kemudian memeluk agama yahudi, atau nasrani.

 Sebagaimana firman Allah berikut ini, “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk ". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.“ (QS. Al-Baqarah : 120)

Hal apa yang mendorong mereka sehingga sangat membenci muslim, dan memurtadkan orang-orang islam?

Berikut jawaban Bernardus Doni, Sang Mantan Misionaris terkenal dari Malang—Jawa Timur. (Pasca memeluk islam, ia berganti nama dengan Ustadz Abdul Jabbar).

“Setiap pemeluk agama Kristen adalah misionaris. Mereka wajib mengemban amanat agung untuk setiap umat Kristiani sesuai dengan pesan di surat Matius pasal 24 ayat 19-20 yang target utamanya mencari domba-domba yang sesat. Pemeluk agama selain Kristen adalah domba-domba yang sesat dan harus dikembalikan ke jalan yang benar, yaitu menjadi pemeluk Kristen.

“Cara yang dilakukan oleh para misionaris dalam mencapai tujuan mereka berpegang pada Matius 10 pasal 16 untuk mengembalikan domba-domba yang tersesat. Intinya, membolehkan cara apa pun untuk mengkristenkan orang lain.”

Setidaknya ada dua catatan penting untuk diketahui. Pertama, setiap orang kristen adalah misionaris. Kedua, kristenisasi boleh dilakukan dengan menghalalkan segala cara. Menghalalkan segala cara, termasuk di dalamnya dengan mendirikan rumah sakit-rumah sakit.

Ini pulalah alasan dibalik do’a berikut ini,“...Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (QS. Al-Baqarah : 286)

Penyebab kedua, kenapa diharamkan berobat ke RS Non Muslim? Sebab di sana berkumpulnya syirik akbar. Tatkala anda berobat ke RS Kristen, misalnya RS Elizab*t, kedatangan anda disambut oleh tiga patung sekaligus (Tuhan anak, Tuhan Bapak, dan Tuhan Ibu). 

Selain anda disambut oleh ketiga patung tersebut, biasanya pada setiap dinding kamar pasien juga terpajang patung mini Yesus beserta salibnya. Tak hanya itu, anda juga akan mendengarkan bimbingan do’a, siraman rohani ala kristen sebanyak tiga kali sehari. Pagi, siang, dan waktu magrib. Lanjut, mereka juga menyiapkan rohaniawan/rohaniawati yang siap dipanggil kapanpun. Biasanya, saat pasien sakratul maut mereka hadir menemani (kalau keluarga pasien tidak mencegahnya).

Di sana kalimat Laa ilaaha illallah tidak diakui. Qur’an Surat Al Ikhlas dibenci. Artinya, aqidah seorang muslim (Laa ilaaha illallah muhammadur rasulullah) yang notabene wajib dijaga sebagai harga diri seorang muslim, di sana tidak diakui. Tidak bernilai.

Salahkah mereka berbuat demikian? Dalam sudut pandang humanisme, mereka tak salah. Sebab, mereka mendirikan RS tersebut untuk kaum non muslim. Salah sendiri, kenapa muslim malah berobat ke RS non muslim.

Anda datang kesana untuk berobat, dan berharap kesembuhan, betul? Bukan untuk rekreasi kan? Artinya, secara tidak langsung anda sudah minta tolong, menaruh harapan besar kepada penguasa RS tersebut yakni tuhan-tuhan mereka, dan mengakui eksistensi ketuhanan trinitas. Bahkan, anda sudah siap mempertaruhkan nyawa di sana. Keluar hidup dengan sehat, atau keluar mati sebagai mayat. Sampai di sini, syahadat anda sudah batal.

Konsekuensinya, syahadat seorang muslim menjadi gugur. Pada saat yang sama, anda juga sudah menginjak-injak Alqur’an Surat Al Ikhlas. Pasien juga sangat rawan mati dalam keadaan su’ul khatimah (akhir yang buruk). Mati dalam keadaan berbuat syirik. Dosa syirik tidak terampuni, kelak di akhirat kekal di neraka.
 Sebagaimana Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang lebih rendah dari (syirik) itu, bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisa’: 48).

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, ”Jauhilah tujuh hal yang membinasakan!” Para shahabat bertanya, ”Wahai Rasulullah! Apa saja itu?” Maka Rasulullah bersabda, ”Yaitu syirik kepada Allah, …” (HR. Bukhari dan Muslim).

‘Adi bin Hatim pernah berkata bahwa beliau pernah mendatangi Nabi Saw dalam keadaan memakai salib dari emas di lehernya. Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Wahai ‘Adi, buang berhala yang ada di lehermu.” (HR. Tirmidzi no. 3095, hasan menurut Syaikh Al Albani)

Penyebab ketiga, kenapa diharamkan berobat ke RS Non Muslim? Adalah kekhawatiran atas makanan dan obat yang haram. Kaum yahudi dan nasrani menghalalkan babi dan anjing. Bagi muslim, babi dan anjing mutlak haram. Semua dari bagian tubuh kedua binatang tersebut haram hukumnya dalam islam.
Sementara dalam praktiknya, babi banyak dijadikan sebagai campuran obat. Apakah mereka (para dokter non muslim) akan menyingkirkan obat-obat mengandung babi dari seorang pasien muslim? Berharap para misionaris akan melindungi anda dari obat-obatan yang haram tentu adalah hal yang sia-sia. Mereka justru berkecenderungan menghalalkan segala cara agar anda jauh dari islam, lalu murtad.

Bagi muslim, hewan yang dipotong tanpa bismillah, haram dimakan. Yakin bahwa daging ayam yang anda makan dipotong dengan bismillah? Bagaimana kalau dengan nama Yesus? Hewan yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah, haram dimakan. Yakin bahwa setiap makanan yang anda makan bebas dari minyak babi?

Begitupula halnya dengan koki mereka. Mereka memasak dengan nama Yesus. Menghidangkan ke anda dengan nama Yesus.  Bagi muslim, makanan yang dimasak dengan nama selain Allah, haram dimakan. Masih berselera?

Mari selamatkan harta yang paling berharga dari diri kita yakni aqidah. Aqidah itu adalah syahadat yang kita baca pada setiap shalat. Asyhadu’alla ilaaha illallah, wa asyhadu’anna muhammadur rasulullah. Siapa saja yang mati dalam keadaan bertauhid kepada Allah, insyaAllah masuk surga.
Wallahu alam bisshowab!

(Ditulis oleh Ust Baba Ali M.ChN, Pengasuh SAMARA CENTER)

Friday, August 11, 2017

Sogok Menyogok Demi Pekerjaan, Hukum dan Status Gajinya

Siapa yang bertawakkal, rezekiNya dalam jaminan Allah SWT. Sehingga ia tidak perlu berlaku curang.

Ada seseorang yang sudah dinyatakan lulus sebagai PNS, namun NIP-nya ditahan oleh pejabat terkait. Agar NIP bisa keluar, maka harus bayar. Maka menyogok untuk mendapatkan NIP dalam hal ini dihukum boleh, tidak berdosa. Kenapa menyogok dalam hal ini tidak berdosa? Sebab mempertahankan hak milik yang terzalimi. Sementara si penerima suap dihukum berdosa besar.

Hak milik yang dimaksud disini adalah sesuatu yang betul-betul sudah menjadi milik pribadi, atau setiap orang pasti mendapatkannya tanpa pengecualian. Semisal SIM (Surat Izin Mengendara), KTP (Kartu Tanda Penduduk), KK (Kartu Keluarga), dan lain sebagainya. Bila dalam hal ini ada pungutan liar yang memaksa, maka membayar sejumlah uang (sogok) dalam hal ini tidak terhitung sebagai dosa.

Al-Qurthubiy menyebutkan dalam tafsirnya bahwa Wahab Ibn Munabbih ditanya: “Apakah sogokan diharamkan dalam segala hal?”,  beliau menjawab: “Tidak, yang termasuk risywah (sogokan) adalah jika engkau membayar sesuatu agar engkau mendapat apa yang bukan hakmu atau menghindar dari sesuatu yang merupakan kewajibanmu. Adapun engkau menyerahkan harta (sogokan) untuk menolak kedzaliman terhadap agamamu, dirimu dan hartamu maka hal itu tidak diharamkan.” Berkata al-faqih Abu al-Laits as-Samarqandiy: “Pendapat ini yang kami pilih, tidak mengapa seseorang membayar sogokan untuk menolak kedzaliman atas diri dan hartanya. Sebagaimana hal ini diriwayatkan dari sahabat Abdullah Ibn Mas’ud bahwa beliau pernah membayar risywah sebesar dua dinar agar beliau dibebaskan (dari kedzaliman) dan beliau berkata: “Dosanya ditanggung oleh si penerima dan bukan yang memberi.” (Tafsir al-Qurthubiy bab 6, hal. 183-184).

Syeikh Ibn Utsaimin rahimahullah ta’ala berkata: “Adapun sogok yang tujuannya untuk mendapatkan hak seseorang dikarenakan ia tidak bisa mendapatkan haknya kecuali dengan membayar sejumlah harta, maka hal ini menjadi haram buat si penerima (sogokan), dan tidak haram bagi si pemberi, karena ia memberikan hal itu dengan tujuan agar ia mendapatkan haknya, adapun yang menerima sogokan maka ia berdosa karena ia telah mengambil sesuatu yang bukan haknya.” (Fatawa Islamiyah bab 4, hal.302).

Dalam hal ini memang ada ikhtilaf (perbedaan pendapat). Menurut sebagian ulama, memberikan sejumlah uang atau benda lain seperti disebutkan di atas, dalam bentuk dan keadaan apapun, tetap termasuk suap dan tetap diharamkan karena dalil pengharaman suap itu umum, tidak ada yang mengkhususkannya. (lihat Kitab Nailul Author, bab 9 hal.172, yang ditulis oleh Imam Assyaukanie rahimahullah ta’ala).

Kondisi yang paling aman adalah dengan tidak berbuat suap. Cari pekerjaan lain. Bumi Allah SWT itu luas, ada banyak pintu rezeki yang tak bersentuhan dengan suap-menyuap.

Sementara untuk kasus berikut ini:

Ada seorang pejabat menitipkan anaknya kepada panitia seleksi CPNS, tujuannya agar anaknya diloloskan jadi PNS. Dan, si anak akhirnya keterima sebagai PNS. Ini hukumnya haram. Ini berlaku untuk semua profesi.

Sang anak gagal pada tes tahap IV pada sebuah profesi cilukba, lalu ayahnya menyogok pejabat terkait hingga sang anak dinyatakan lulus. Ini hukumnya haram.

Ada penerimaan personil baru pada profesi similikiti. Diantara sekian banyak persyaratan, rupanya ada persyaratan tersembunyi (tas). Angkanya fantastis, berkisar antara 100 – 250 juta. Siapa yang bayar, dipastikan lulus. Sebab ada kepastian, si orangtua langsung membayarnya tunai. Ini hukumnya haram.

Pasca ujian tertulis. Pejabat jurusan X kampus terkenal, menganjurkan setor sejumlah uang dalam jumlah yang besar sebagai persyaratan agar si calon mahasiswi diterima sebagai mahasiswi. Tanpa banyak pertimbangan, si orantua langsung bayar. Ini hukumnya haram.

Kenapa kasus-kasus tersebut dihukum haram? Sebab mereka menyogok untuk mendapatkan apa-apa yang bukan haknya. Mereka menyabet hak orang lain (berbuat zalim), yang notabene lebih baik, lebih mampu, pantas dan layak menempati posisi tersebut daripada dirinya. Ia merebut hak orang lain dengan cara curang, yakni menyogok (risywah).

Allah berfirman, “Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan janganlah kamu membawa (urusan ) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.”(QS. Al-Baqarah : 188)

Ibnu Hajar Al-Haitsami rahimahullah menafsirkan dalam ayat “Janganlah kalian ulurkan kepada hakim pemberian kalian, yaitu dengan cara mengambil muka dan menyuap mereka, dengan harapan mereka akan memberikan hak orang lain kepada kalian, sedangkan kalian mengetahui hal itu tidak halal bagi kalian.”

Siapa saja yang disuap, atau memaksa diberi suap? Mereka bisa bernama hakim, jaksa, Panitia CPNS, pihak kepolisian, pimpinan instansi/lembaga tertentu, dan lainnya. siapa saja bisa berpotensi disuap, atau memaksa diberi suap.

Abdullah bin Amr radhiyallahu’anhu berkata, “Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam melaknat pemberi suap dan penerimanya.” (HR Abu Dawud 3582, At Tirmidzi 1386, Ibnu Majah 2401, Ahmad 6689 dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Misykat Al-Mashobih 3753)

“Laknat Allah bagi penyuap dan yang menerima suap dalam hukum.” (HR Ahmad, Abu Dawud dan at-Tirmidzi)

Dalam hadits di atas, ditegaskan bahwa laknat (murka) Allah bagi penyogok dan yang disogok. Siapa saja yang dilaknat oleh Allah, lalu ia mati dalam keadaan belum bertaubat, maka tempatnya adalah neraka.  Bagaimanakah bertaubatnya para penyuap dan yang disuap? Taubat nasuha. Bagaimanakah taubat nasuha itu? Ialah taubat dengan 3 syarat: memohon ampun kepada Allah (istighfar dan shalat sunnah taubat), mengembalikan hak-hak orang lain, berjanji sepenuh hati bahwa tidak akan mengulanginya lagi.

Lalu, bagaimana dengan gaji dari pekerjaan yang didapat dengan cara menyuap tersebut?

Gajinya halal, selagi mereka bekerja dengan profesional, disiplin, penuh tanggungjawab, dan tidak menyalahgunakan kewenangan yang diamanahkan. Gaji itu berubah jadi haram, tatkala ia bekerja tidak profesional, tidak disiplin, tidak bertanggungjawab, dan menyalahgunakan jabatan. Sementara proses suapnya untuk mendapatkan pekerjaan tersebut tetap haram, dan kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.

Bagaimana pula dengan suap mendapatkan proyek? Bila mendapatkannya dengan jalan kecurangan (menyuap/sogok), maka dapat dipastikan hasil dari pengerjaan proyek tersebut jauh dari optimal. Seringkali mengecewakan, tidak sesuai target/perencanaan. Buruk, cepat rusak, dan asal-asalan. Kenapa demikian? Sebab, anggarannya sudah terpangkas di awal-awal. Pihak yang menyogok berdosa, yang disogok berdosa. Keuntungan yang didapat dari penyelenggaraan proyek tersebut adalah harta haram.

Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi Saw telah bersabda: "...barang siapa yang mengumpulkan harta dari jalan yang haram, kemudian dia menyedekahkan harta itu, maka sama sekali dia tidak akan memperoleh pahala, bahkan dosa akan menimpanya’. [HR. Ibn Khuzaimah dan Ibn Hibbân dalam Shahihnya]

Hadits di atas menegaskan kepada kita bahwa harta haram tidak memberikan kemanfaatan kepada kita, bahkan disedekahkanpun hanya menambah dosa.

Kenapa ada orang yang mau menyuap, dan ada pula yang memaksa untuk disuap? Sebab ingin kaya secara instan. Kaya tanpa bersusah payah. Orang seperti ini berprinsip, dengan kaya hidupnya jadi berharga. Penuh sanjungan, pujian, pernghormatan, dan yang paling pasti semua yang diinginkan bisa didapatkan dengan mudah. Inilah yang dinamakan syahwat. Alasan yang lebih utama adalah tak mengerti agama. Sebab tak mengerti agama, akhirnya berbuat sesuka hawa nafsunya.

Rasulullah Saw bersabda, “Jika kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal kepada-Nya, niscaya Allah akan memberikan kepada kalian rezeki sebagaimana Ia memberi rezeki kepada seekor burung yang keluar di pagi hari (meninggalkan sarangnya) dalam keadaan lapar dan pulang kembali ke sarangnya dalam keadaan kenyang.” (HR. Ahmad no. 205, Ibnu Majah no. 4164 dan hadits ini dishahihkan oleh al-Albaniy, lihat: Silsilah al-Ahaadits as-Shahiihah no. 310 1/260).

Hadits di atas menegaskan bahwa siapa yang mengerti agama, maka ia akan ta’at kepada aturan Allah. Siapa yang bertawakkal, rezekiNya dalam jaminan Allah SWT. Sehingga ia tidak perlu berlaku curang.

Rezeki itu sebetulnya, diambil dengan cara yang benar atau dengan cara yang curang, dapatnya itu juga. Jumlahnya sebanyak itu juga. Tidak bertambah, dan tidak pula berkurang. Sehingga semuanya tergantung kepada kita; bersabar atau tergesa-gesa, ikut perintah Tuhan atau perintah setan.

Seberapa burukkah harta dari hasil suap/sogok?

Dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : "Wahai Ka’ab bin ‘Ujrah, sesungguhnya tidak akan masuk surga daging yang tumbuh dari makanan haram." [HR. Ibn Hibban dalam Shahihnya]

Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhuma berkata: “Allah tidak menerima shalat seorang yang di dalam perutnya ada (makanan) yang haram, sampai dia bertaubat kepada Allah dari perbuatan tersebut”[ Dinukil oleh Imam adz-Dzahabi dalam al-Kabir hlm.118 dan Imam Ibnu Rajab dalam Jami’ul ‘Ulumi wal Hikam hlm.101].

Semoga Allah membimbing kita ke jalanNya yang lurus, selamat dari bahaya harta sogok menyogok. Aamiin.

Wallahu alam bisshowab!

(Ditulis oleh: Ust Baba Ali M.ChN, Pengasuh SAMARA CENTER)

Saturday, August 5, 2017

Despacito Lagu Porno Yang Tak Baik Didengar Anak!



Pertama kali saya mendengar kata ‘despacito’ dari istri saya. Ya, sekitar tiga bulan yang lalu (April 2017). Ia mengatakan bahwa lagu tersebut digemari anak-anak TK. Saat itu, tanggapan saya dingin. Saya kurang tertarik untuk tahu lebih banyak tentang lagu barat tersebut. Apalagi, saat itu yang diperlihatkan kepada saya sebuah video yang diperankan oleh keluarga Gen Halilintar, yang notabene urang awak. Keluarga pemberani dan baik, itu di mata saya.

Hingga sampailah pada suatu ketika saya menyaksikan video aslinya. Na’udzubillah min dzalik. Lagu berbahasa spanyol yang diciptakan Luis Fonsi ini adalah racun bagi generasi muda dan generasi tua. Tak berlebihan sekiranya, kalau saya mengatakan bahwa pesan yang disampaikan oleh lagu ini untuk generasi muda adalah free seks (Seks bebas). Sementara bagi generasi tua, amat riskan munculnya mata-mata keranjang. Mata keranjang yang menjangkiti para suami untuk melirik wanita yang lebih menarik, sensual, dibanding istrinya yang di rumah. 

Di dunia ini, tidak ada yang kebetulan. Semuanya telah dirancang dengan seksama. Ini bukan mengada-ada. Kita tentu pernah mendengar Propaganda 5F-4S? Apa itu Propaganda 5F-4S? Ya, itulah propaganda penghancuran generasi muda islam lewat program 5F ( Food, Fashion, Film, Fun, Faith) dan 4S (Sing, Sex, Sport, Smoke).

Agenda perusakan generasi muda dalam lagu ini sangat kental. Anak-anak muda digiring  bergelimang perilaku seks bebas. Mereka tanamkan racun dibenak anak-anak kita bahwa zina itu indah. Pacaran itu halal. Mengumbar aurat itu hal yang boleh-boleh saja. Hamil luar nikah itu, hal yang biasa. Hidup itu suka-suka, bebas sebebas-bebasnya, tak mengenal malu apalagi tuntunan agama. Tak obahnya seperti segerombolan kerbau dalam acara kumpul kebo. Itulah gambaran dari sisi video klipnya, yang katanya dalam 24 jam sudah ditonton oleh 5 juta orang di dunia. 

Lagu despacito cocok bagi orang barat, tapi sangatlah tak pantas menjadi tontonan orang-orang timur. Orang-orang timur menjunjung tinggi nilai-nilai moralitas. Berbudaya luhur, dan mayoritas beragama islam. Dalam islam, mendekati zina saja tak boleh, apalagi berbuat zina. Wa laa taqrabuz zinaa, janganlah engkau dekati zina. Islam mengharamkan zina, sebab perbuatan zina dapat merusak nasab (keturunan). Zina mengotori kesucian cinta, merongrong keharmonisan keluarga, lahirnya anak-anak yang tak ber-ayah, merusak pranata sosial, berbahaya bagi kesehatan (media berbagai penyakit kelamin, semisal aids dan HIV), dan lainnya.

Islam melarang tegas perzinahan hingga ke bentuk yang terkecil sekalipun. Semisal berjabatan tangan. Tidak boleh bersalaman antara laki-laki dengan perempuan yang bukan muhrimnya. 

Rasulullah Saw bersabda, “Jikalau ubun-ubunmu ditusuk dengan besi runcing panas hingga mendidih, itu lebih baik bagimu daripada menyentuh lelaki atau wanita yang bukan muhrimmu.” (HR at Tabrani disahihkan oleh Syaikh Al bani, dimuat dalam kitab Mu’jam al Kabir)

Sementara orang barat sudah terbiasa dengan kerusakan moral. Mereka sudah tak memperdulikan hal itu lagi. Berbuat zina adalah life style sehari-hari mereka. Mereka kering dari sejuknya tuntunan agama. Tak bersunat, berlumuran jinabat, melakukan hubungan intim asal suka sama suka, kurang peduli dengan ikatan pernikahan, hingga bertaburannya anak-anak zina, itu hal yang biasa bagi mereka.  Semisal, Francois Hollande. Orang nomor satu di Prancis ini, kumpul kebo dengan Segolene Royal selama 30 tahun hingga punya anak 4 orang, tanpa ikatan pernikahan. Leo Varadkar, Perdana Menteri Irlandia ini pecinta sesama lelaki (gay). PM Luxemburg Xavier Bettel tinggal bersama kekasih lelakinya (gay). Contoh di atas hanyalah sampling sederhana. Bila orang terbaik diantara mereka saja berlumuran zina penuh bangga, pamer kemana-mana, maka itu pertanda bahwa zina bukan lagi hal yang asing dalam kehidupan masyarakat mereka. Sehingga sangatlah pas tatkala Allah menyebut mereka dalam Al Qur’an dengan Balhum Adhol (Lebih hina dari binatang). 

“...Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.” (QS Al a’raf ayat 179)

Kenapa lagu despacito dapat merusak kepribadian anak?

Anak itu tak obahnya seperti gelas kosong yang bersih dan suci. Tatkala orangtua menginginkannya tetap bersih, suci, bermanfaat bagi orang lain, maka isilah gelas (otak dan jiwa) itu dengan air yang bersih dan suci pula. Ia bisa berupa nama yang baik, ilmu yang bermanfaat, makanan yang halal, tontonan yang mendidik, musik yang baik, perkataan yang baik, dan keteladanan. Sebagai orangtua, Jangan sampai kita mengisi kepala dan jiwa anak kita dengan sampah. Sampah itu bisa berupa makanan haram, tontonan merusak, kata-kata kotor, ilmu yang tidak bermanfaat, pola pikir yang keliru, dan musik yang merusak jiwa. Salah satu musik yang merusak itu adalah lagu despacito ini.

Setiap kata adalah do’a. Ketika seseorang berkata baik, itu berarti ia tengah berdo’a yang baik untuk dirinya dan sekitarnya. Nah, lalu bagaimana dengan anak-anak yang dalam sehari bisa belasan kali mendengarkan dan menyanyikan lagu porno? Ya, lagu tersebut menjadi do’a baginya dan lingkungannya.

Selanjutnya, kata-kata mempengaruhi kesehatan. Dalam ilmu hipnoterapy, kata-kata adalah sihir. Kata-kata adalah sugesti, stimulasi, dan persuasi. Saat seseorang berkata, “Saya nggak bisa.” Kenyataannya, ia menjadi benar-benar tidak bisa. Saat si-anak berkata, “Pacarku seksi.” Dalam kenyataannya, ia mulai tertarik untuk pacaran, mendekati lawan jenis, dan mengkhayal. Nah, lalu bagaimana dengan anak yang sering berkata jorok atau porno? Respon tubuh dan jiwanya menunjukan apa yang ia ucapkan. Lihatlah anak-anak yang kebanyakan menonton sinetron, secara fisik cepat dewasa. Secara psikis, perilakunya mendahului umur.

Tubuh manusia, 75% unsur penyusunnya terdiri dari air. Profesor Masaru Emoto mendokumentasikan hasil penelitiannya tentang pengaruh kata-kata terhadap air. Ternyata, setiap kata yang baik membentuk susunan kristal air yang indah. Semisal, kata “cinta, terimakasih, bismillah, alhamdulillah” susunan kristal airnya sangat mengagumkan. Sementara kata-kata jorok membentuk susunan kristal air yang tak karuan, berantakan. Kesimpulannya, orang yang terbiasa berkata atau mendengarkan perkataan yang baik, maka badannya jauh lebih sehat, akalnya lebih jernih, akhlaknya lebih baik.

Berikut terjemahan dari lirik lagu Despacito:

Despacito (Pelan-pelan)
Quiero respirar tu cuello despacito (Aku ingin bernafas di lehermu pelan-pelan)
Deja que te diga cosas al o do (Biarkan aku berbisik ditelingamu)
Para que te acuerdes si no est s conmigo (Supaya kau bisa mengingat aku saat kau tak bersamaku)
Despacito (Pelan-pelan)
Quiero desnudarte a besos despacito (Aku ingin melepas pakaianmu secara perlahan sambil menciummu)
Firmo en las paredes de tu laberinto (Memasuki “dinding labirin” mu)
Y hacer de tu cuerpo todo un manuscrito (Dan membut tanda di seluruh tubuhmu)
Sube, sube, sube Sube, sube (Naik, naik, naik, naik)
Quiero ver bailar tu pelo (Aku ingin melihat tarianmu)
Quiero ser tu ritmo (Aku ingin mengikuti ritmemu)
Que le ense es a mi boca (Aku ingin kau mengajar mulutku)
Tus lugares favoritos (Bagian favoritmu)
Favorito, favorito, baby (favorit favorit, sayang)
D jame sobrepasar tus zonas de peligro (Biarkan aku melewati zona berbahayamu)
Hasta provocar tus gritos (Hingga aku membuatmu berteriak)
Y que olvides tu apellido (Dan membuatmu melupakan nama terakhirmu)

Apa lagu seperti ini masih kurang porno? Kira-kira layakkah anak-anak mendengarkan lagu despacito ini? Sebagai orangtua, anda-lah yang menentukan jawabannya. Lindungi anak-anak kita dari parasit-parasit zaman yang merusaknya. 

(Ditulis oleh Ust Baba Ali M.ChN, Pengasuh SAMARA CENTER, Penulis Buku HDBS)