Wednesday, August 30, 2017

Keluarga Yang Menakjubkan

Apa makna dari perintah Allah SWT yang memerintahkan Nabiyullah Ibrahim ‘alaihis salam untuk menyembelih putranya Isma’il ‘alaihis salam?

Makna pertama adalah ujian keimanan. Keimanan Nabiyullah Ibrahim ‘alaihis salam sebagai seorang ayah dipertaruhkan di sini. Antara perintah Allah SWT dengan perasaan kasih sayang terhadap anak benar-benar diuji. Ini pilihan terberat bagi siapa saja, dan tak jarang yang gagal melewatinya sebab iman tak bersemayam di dada. Namun, bila iman menjadi panglima dalam jiwa, seberat apapun ujian tetap bisa dijalani dengan baik.

Ujian yang tak ringan. Bagaimana tidak. Isma’il ‘alaihis salam adalah anak semata wayangnya. Harta yang paling dicintai oleh Nabiyullah Ibrahim ‘alaihis salam, dan istrinya Siti Hajar. Dikala usianya tujuh tahunan, Isma’il adalah anak yang lagi tampan-tampannya, lagi disayang-sayangnya. Ta’at beribadah, patuh pada orangtua, dan cerdas. Ia menjadi hiasan mata, penyejuk jiwa kedua orangtuanya.

Butuh waktu 86 tahun, Sang Ayah menanti kehadirannya. Selama itu pulalah, beliau Nabiyullah Ibrahim ‘alaihis salam tak henti-hentinya berdo’a penuh khusyuk, meminta kepada Allah SWT penuh harap. Lantunan do’a, “Rabbi habli minasshalihin,” (Ya Allah, karuniailah aku anak yang shalih) menghiasi waktunya di setiap pagi, petang, dan malam.

Sekarang, anak semata wayang itu diminta untuk disembelih. Tanpa iman, amat mustahil perintah ini dita’ati. Dan, bisa jadi di dunia ini hanya Ibrahim-lah satu-satunya manusia yang lulus melewati ujian ini, berkat keimanannya yang kuat kepada Allah SWT.

Allah berfirman, “Apakah manusia mengira bahwa ia akan dibiarkan begitu saja berkata ‘kami telah beriman’, padahal mereka belum diuji?” (QS Al Ankabut: 2)

Ayat di atas menjelaskan bahwa mereka yang beriman adalah mereka yang telah melewati ujian sedemikian rupa dari Allah SWT. Beratnya ujian pertanda besarnya keimanan yang menyelimuti diri seseorang.
Iman membimbing manusia untuk bersungguh-sungguh dalam beramal shalih (Jihad), dan kokoh dalam kesabaran. Dua hal ini menjadi modal bagi setiap muslim guna meraih jannah-Nya. Tanpa kedua hal tersebut, maka surga hanyalah mimpi indah di siang bolong.

Sebagaimana Allah berfirman, “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah siapa diantaramu yang telah berjihad, dan siapa yang bersabar.” (QS.Al Baqarah: 214)
Makna kedua; Ujian kepatuhan kepada orangtua. Pada bab ini, ada rahasia parenting nabawiyah yang mesti kita miliki ilmunya. InsyaAllah akan saya bahas pada judul “Agar Isma’il-Isma’il Baru Hadir di Rumahmu.”
Kepatuhan yang dimaksud begitu tampak terang pada dialog sang ayah (Nabi Ibrahim as) dengan putra kesayangannya (Isma’il ‘alaihis salam). Lihat QS. As Saaffaat : 102)

“...(Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku melihatmu dalam mimpiku bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu.

“...Dia (Isma’il) menjawab, “Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang telah diperintahkan Allah atasmu. Maka engkau akan mendapatiku atas izin Allah termasuk orang yang sabar.”

Ayah mana yang tak akan takjub dengan kepatuhan seorang putra yang seperti itu. Tuturnya lebih indah dari kuncup bunga yang bermekaran. Lebih manis dari madu. Lebih bening dari embun yang berjatuhan pada dedaunan. Lebih sejuk dari segelas es tawar di tengah teriknya mentari siang.

Jawaban si Isma’il kecil menunjukkan keshalihan dirinya yang luar biasa. Pada usianya yang masih belia, ia sudah memiliki aqidah yang kuat, dan kepatuhan total pada orangtua. Hasil yang menakjubkan seperti ini tak didapat tanpa kesungguh-sungguhan dari seorang ibu yang bernama Hajar. Isma’il yang menakjubkan ini adalah mahakarya  seorang ibu yang bernama Siti Hajar.

Wallahu alam bisshowab!

(Ditulis oleh Ust Baba Ali, Pengasuh SAMARA CENTER)

0 komentar:

Post a Comment