Menulis dan Ketombe? Hahaha. Bisa-bisa saja nih penulis. Heh, ini serius. Ketombe, selalu saja jadi masalah. Bermasalah bagi rambut, dan juga jadi momok dalam berkarya. Agar rambut tak berketombe, mbah-mbah kita dulunya menggunakan berbagai ramuan tradisional dari alam, semisal daun lidah buaya, daun rambutan, daun sari raya, dan akar-akaran. Rambut mereka utuh, dan tetap hitam hingga tua bangka. Uban? No way.
Saat ini, berbagai shampoo telah memanjakan rambut kita. Ada yang cocok, dan ada juga yang tiba-tiba rambutnya kesengsem ubanan. Baru berusia belasan tahun, sudah ubanan. Yah, semuanya beresiko. Namun, yang serba instan terbanyak beresiko.
Menulis juga banyak ketombenya. Inilah salah satu alasan kenapa banyak penulis pemula yang putus asa, futur, dan tidak produktif. Mau tahu ketombe dalam menulis, yang bikin kepala gatal tanpa sebab, padahal keramas hampir dua kali sehari? Okay, jangan tersinggung ya. Ini nih biangnya.
Mau nulis darimana dulu ya? Mau dimulai dengan apa dulu ya? Satu jam berlalu tanpa satu kata pun yang sudah tergoreskan.
Ide-nya dipatok ayam. Tadinya ada ide, tapi tiba-tiba kok hilang begitu saja. Pergi kemana ya? Bingung.
Ide-nya macet. Tadi rasanya jalan ceritanya begini, sekarang kok tiba-tiba buntu. Ini cerita mau diapakan lagi ya. Pusing mau ngelanjutin.
Rem kereta bolong. Banyak di antara kita, mengawali cerita atau tulisan susah tetapi setelah dapat ide, malah bingung menyudahinya. Bingung mengakhiri sebuah cerita, atau konflik yang dibangun. Akhirnya, cerita tanpa ending. Cemas!
Maksiat, dan dosa. Orang yang berbuat maksiat dapat hasil yaitu dosa. Maksiat-maksiat yang perlu dijauhi di antaranya: ghibah, ngelonjor (ngelamun jorok), syak wasangka (negatif thinking), banyak nonton insert/infotaintment/selebrita, dan lainnya.
Master Solusi :
Untuk memulai sebuah tulisan itu gampang. Tidak perlu banyak pikir. Tulis saja satu kata, atau satu kalimat yang masih ada hubungannya dengan tulisan anda. Satu kata yang nongol di benak anda, lalu tulis. Setelah itu, lanjutkan tulisannya.
Bila ide macet, dan atau tiba-tiba hilang. Solusinya anda harus punya buku saku. Bawalah buku tersebut kemana pun anda pergi. Setiap ada ide yang melintas, tangkap. Tangkap, dengan menuliskannya.
Rem kereta bolong. Nggak bisa ngerem tulisan ini juga nggak masalah. Gampang saja. Tulisan anda sampai mana? Untuk mengakhirinya, carilah cerita penutup, semisal berujung pada kematian, kebahagiaan, dan lain sebagainya. Pada prinsipnya, cerita penutup menjadi jalan cerita ending sebuah kisah.
Untuk maksiat dan dosa. Carilah tahu, adakah kebaikan dari sebuah maksiat? Jawablah dengan logika anda yang jernih. Lalu, bertaubatlah. Dan, perbanyaklah berbuat kebaikan, maka kemaksiatan menurun. Bahkan lenyap. Kalau sudah begini, kamu harus koprol dan bilang WOW…Haha.
(Ditulis oleh Ali Margosim, Penulis Buku “Lelaki Yang Mengendarai Angin”, Ketua FLP Jawa Tengah)
0 komentar:
Post a Comment