Istri adalah pakaian bagi suaminya, dan suami adalah juga pakaian bagi istrinya. Suami melindungi istrinya dari perlakuan kasar dan bahaya, sementara istri menjaga suaminya dari gejolak syahwat yang menghancurkan. Mereka saling menjaga, saling menguatkan, saling menutupi kekurangan masing-masing. Dalam hal ini, pasutri harus memahami bahwa mereka merupakan sebuah kolaborasi yang indah dan kuat.
Allah SWT berfirman, “..mereka itu adalah pakaian , dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka..” [ Al-Baqarah : 187]
Dalam berumah tangga, suami adalah pemimpin keluarga. Para pasutri perlu memahami bahwa suami adalah nakhoda kebahagiaan keluarganya, dan istri adalah orang kepercayaan yang paling tahu kebutuhan pemimpinnya serta cara menghormatinya.
Allah SWT berfirman, “ Laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita.” [An-Nisa : 34]
Kebahagiaan seorang istri adalah saat ia mampu membahagiakan suaminya. Sebaliknya, kebahagiaan seorang suami ketika ia mampu membahagiakan istrinya. Salah satu faktor kebahagiaan adalah kepuasan seks. Pasutri dituntut untuk saling cakap memuaskan. Dalam Islam, seorang suami diberi kebebasan penuh dalam hal posisi dan gaya seks demi terwujudnya kepuasan ini.
Allah SWT berfirman, “Istri-istrimu adalah [seperti] tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki, dan kerjakanlah [amal yang baik] untuk dirimu,..” [Al-Baqarah : 223]
Kebebasan seorang suami dalam memuaskan pasangannya tetap ada etikanya, ada hukum yang tidak boleh dilanggar. Kebebasab beretika ini dalam rangka mewujudkan keadilan antar pasutri itu sendiri. Diantara kasusnya adalah seorang suami dilarang tergesa-gesa dalam berhubungan badan, layaknya binatang.
Rasulullah bersabda, “Janganlah salah seorang diantara kalian menggauli istrinya bak seekor binatang. Hendaklah terlebih dahulu ia memberikan ransangan dengan ciuman dan rayun.” [HR.Tirmidzi]
Kebebasan beretika ini menjadikan aktivitas seks suami istri menjadi indah, kenikmatan memuncak, menambah kebahagiaan, sekaligus menjadi sumber pahala sedekah.
Rasulullah bersabda, “Dan dalam kemaluanmu itu ada sedekah”. Mereka – para sahabat – berkata, “Wahai Rasulullah, apakah kita mendapat pahala atas perbuatan kita menggauli istri?” Rasulullah menjawab, “Bukankah bila kalian salurkan nafsumu di jalan haram, kalian berdosa? Maka begitu juga bila di salurkan di jalan yang halal, kalian akan mendapatkan pahala.” [HR.Muslim]
Dari pedoman dan prinsip yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya di atas, kita memahami bahwa aktivitas seks merupakan – segala aktivitas yang memacu gairah dan kepuasan seks suami istri, sehingga terwujud keharmonisan dan kebahagiaan.
Tentang gairah dan kepuasaan ini, Rasulullah saw menegaskannya saat beliau berdialog dengan seorang wanita quraisy.
“Apakah engkau sudah bersuami?” tanya Nabi
‘Sudah.” jawab wanita itu
“Bagaimana pelayananmu terhadapnya?”
“Yah, aku menjalaninya sebisaku, kecuali kalau aku tidak mampu.” Jawab wanita itu. Rasulullah saw bersabda,
“Perhatikanlah, sebatas apa pelayananmu terhadapnya. Karena ia adalah surgamu atau nerakamu.” [HR.Ahmad, Ath-Tabrani, Al-Baihaqi ]
(Sumber: Buku "Harmonis di dunia, bersama di surga, ditulis oleh Baba Ali Pakar Ketahanan Keluarga)
0 komentar:
Post a Comment