Wednesday, November 16, 2016

Ajari Anakmu Sastra


Umar bin Khattab ra, khalifah ke-2 umat islam, berkali-kali berpesan kepada kaum muslimin. Beliau berkata, “Ajarilah anakmu sastra, maka dia jadi pemberani.”

Pesan ini seyogyanya menjadi pegangan bagi kaum muslimin, wabil khusus para orang tua untuk membumikan sastra di jiwa anak-anaknya. Sastra ampuh sebagai sarana memanusiakan manusia, mengembalikan hakikat kemanusian dan fitrah dari manusia itu sendiri, yakni al haq. Ruh manusia itu pada fitrahnya adalah kebenaran. Itulah makanya, banyak orang tidak nyaman, tidak tenang, gelisah, cemas, malu, marah, dan menantang setiap yang berbeda dari fitrahnya. Baik dia sebagai pelaku, ataupun sebagai pihak ketiga (pengamat, penonton, saksi) akan memberikan respon seperti itu. Pengecualian mereka-mereka yang telah dibutakan mata hatinya oleh Allah swt.

Kebenaran dan keyakinan akan kebenaran adalah harga diri. Harus dijaga dan dibela. Penjagaan dan pembelaan itu butuh keberaniaan. Keberaniaan itu hanya ada pada pribadi-pribadi yang kuat. Pribadi yang kuat itu adalah figur-figur yang memiliki pemahaman dan tsaqofah (wawasan) kuat dan luas, serta memiliki keyakinan yang kuat. Keberanian laksana pedang yang seyogyanya selalu diasah, ditempa, dan terbuat dari besi pilihan. Sastra-lah jawabannya. Sastra adalah pedang yang lembut, menyenangkan, dicintai bagi jiwa-jiwa yang lurus, namun menjadi belati yang mematikan walau hanya berupa goresan bagi pribadi-pribadi yang bengkok.

Ajarilah anak-anak kita bersastra, seperti halnya Umar ibnu Khattab ra mengasah kemampuan anak-anaknya bersastra. Dekatkanlah anak-anak kita dengan sastra sehingga mereka bersahabat.

Secara ilmiah, mengasah anak bersastra mampu memperbanyak ikatan neuron (sel saraf) dalam otak si kecil. Semakin banyak ikatan sel saraf yang terbangun antara satu sel saraf dengan sel saraf yang lain, maka tingkat kecerdasan dan daya tangkap (serap dan cerna) serta daya ingat si anak akan meningkat.

Secara biologi, sastra berdanpak pada pertumbuhan sel-sel otak yang semakin membaik, dan hal ini mampu meningkatkan daya imunitas tubuh dan kesehatan secara umum.

Secara psikologi, kemampuan bersastra mempercepat kematangan (kedewasaan) si anak dalam berfikir, bertanggung jawab, jujur, berani, pribadi yang terbuka, dan bisa berkomunikasi dengan baik bahkan mengagumkan.

Secara sosiologi, melatih anak bersastra membuat si anak berjiwa sosial yang tinggi, bagus dalam pergaulan, pandai menghargai—menghormati dan berterima kasih. Berdasarkan pengamatan saya, anak-anak yang dididik dengan sastra lebih cenderung pandai berbakti pada ibu bapaknya.

Bagaimanakah cara mengajarkan anak bersastra? Langkah pertama, mulailah dari diri kita. Jangan menganggap remeh sebuah karya sastra, semisal novel, buku puisi dan pantun, buku-buku drama dan teater, lukisan, dan bentuk lainnya. Mulailah gemar membaca buku seperti novel atau buku cerita anak sebagai bekal untuk diceritakan kepada si anak sebelum mereka tidur. Bila ada anak yang minta didongengkan sebelum tidur, itu pertanda baik bagi orang tua. Sekaligus pertanda bahwa orang tua semestinya juga melek bersastra. Nasehat-nasehat dalam cerita lebih mudah tersimpan di alam otak bawah sadar. Itulah sebabnya, saat ini lebih trend, fenomenal di sekolah-sekolah swasta terbaik dan favorit, kenapa gaya mengajar ala bercerita lebih berhasil ketimbang menggurui si anak.

Langkah kedua, budayakan membacakan cerita kepada si kecil sebelum ia tidur. Hal ini disamping ampuh dalam transfer nasehat, juga teruji ampuh membangun kedekatan jiwa, kedekatan emosional orang tua dengan anak.

Langkah ketiga, memperbanyak buku bacaan sastra, atau buku cerita bergambar. Ingat, mari kita pastikan bahwa semua buku tersebut berisikan nasehat-nasehat yang baik.

Langkah keempat, ajak anak rekreasi ke tokoh buku secara rutin. Untuk hal ini, tentu menyesuaikan dengan kemampuan. Jalan-jalan ke tokoh buku tidak mesti beli buku kan? Atau bisa juga dengan rutin jalan-jalan ke perpustakaan daerah bagi yang berdomisili dekat ibu kota. Atau bisa juga ke Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang ada di lingkungan sekitar anda. Ini kalau ada TBM. Bila ada rezeki tidak ada salahnya kita investasi buat TBM, selain bisa dibaca oleh anak-anak kita juga bisa buat masyarakat sekitar.

Langkah kelima, niatkan untuk ibadah dan bersungguh-sungguh.

Selamat memiliki anak-anak yang hebat lewat sastra. Bila para khalifah kita, para ulama sudah membuktikan, tentu giliran kita-lah selanjutnya yang membuktikan dan merasakan kebaikan sastra dalam mencetak anak-anak kebanggaan orang tua di dunia dan di akhirat kelak.

Amiin!

(Ditulis oleh Ali Margosim, Penulis Produktif, Spritual Motivator)








0 komentar:

Post a Comment