Sunday, November 13, 2016

Menulislah Laksana Orang Dimabuk Cinta

 Menulislah laksana orang dimabuk cinta. Ya, begitulah kira-kira perumpamaan dari saya. Eitss, tapi tunggu dulu. Saya tidak menganjurkan anda harus mabuk dulu, kasmaran dulu, puyeng dulu. Hups, nggak lah yau. Hehe.
Judul di atas mengisyaratkan ghiroh (semangat) dan gairah dalam menulis.

Berperilakulah dalam menulis seperti halnya seseorang yang tengah dimabuk cinta. Tak kenal dan mengenal lelah. Ia terus berjuang guna mendapatkan apa yang dicintainya. Seseorang yang dicintainya. PEKERJA KERAS

Orang yang dimabuk cinta, tak kenal waktu. Biar siang, biar malam. Walau pagi, apalagi sore. Lupa dia akan pergantian itu semua, kecuali cinta yang tengah bersemayam di hatinya. Ia menumpahkan segala daya dan upaya, perhatian, jiwa dan raganya untuk yang dicintai. FOKUS

Mereka yang dimabuk cinta, tak kenal rasa. Rasa pahit, asam, cuka, asin, tawar, hambar, kecut, pedas, semuanya terasa sama yakni manis. Sekali lagi, Manis, manis, dan manis. MENIKMATI.

Orang yang dimabuk cinta. Tak takut hujan dan badai, petir dan halilintar, pasang dan gelombang yang telah berlalu dan akan datang. Darah yang menetes dianggap lumrah, keringat yang bercucuran adalah pembasuh lelah, air mata yang mengalir merupakan peneguh hati. Yang penting, cinta. BERANI.

Tak kenal menyerah. Selalu saja datang, kembali, dan lagi, walau sudah ditolak seribu kali. Di sanubarinya hanya menyimpan kosa kata;diterima, berhasil, sukses, menang, oke, gigih, gagah, hebat, terhormat. (Bila satu kali saja ditolak oleh si dia langsung ciut, itu mah bukan dimabuk cinta. Tapi dimabuk pesimis). Selalu terpancang kokoh, harapan-harapan. Baginya, harapan itu masih ada. Always, so pasti.  KEYAKINAN.

Cinta memberi warna kehidupan. Dengan cinta, dapatlah ditatap warna-warni kehidupan. Cinta melupakan kata ‘bosan’. Sekali lagi, warna-warni itu menjadi jelmahan surga. INDAH.

Seperti halnya kupu-kupu, begitu pula perumpamaannya cinta. Butuh proses. Dari telur, ulat, kepompong hingga jadi kupu-kupu. Butuh perjuangan. Butuh waktu. Butuh kesabaran. Semua tahapan harus dilalui sebagai sebuah keniscayaan. Tidak ada yang kebetulan, semuanya berjalan sebagaimana kodratnya. Toh, alam semesta pun diciptakan Tuhan tidak sekali jadi, tapi dalam enam masa. ADA TAHAPAN.

Cinta seperti halnya langit. Langit ada tingkatan (lapis). Al Qur’an menerangkan ada 7 lapis. Mulai dari yang terendah hingga yang tertinggi. Cinta pun juga begitu, mulai dari kecintaan akan duniawi hingga kecintaan pada Sang Pemilik Dunia ini sendiri;Allah SWT. Sekali lagi, BERPROSES.

Cinta melahirkan kerinduan. Kerinduan menghendaki pertemuan. Ya, bertemu dengan yang dicintai. Rindu lahir di antara pulau jedah (Ups, bukan jeddah di arab saudi loh. Tapi jedah itu pemisah/sekat, tempat berhenti. Wa bilkhusus jarak dan waktu). RINDU.

Menulislah seperti seorang dimabuk cinta. Disinilah, rahasia di atas rahasia. Bila kalian bertanya, rahasia penulis hebat. Itulah jawaban saya. Menulislah seperti seorang dimabuk cinta.

Rahasia itu kini terungkap: pekerja keras, fokus, menikmati, berani, keyakinan, indah, ada tahapan, berproses, rindu.

(Ditulis oleh Ali Margosim, Ketua FLP Jawa Tengah, Penulis)

0 komentar:

Post a Comment